Assalamualaikum bapak menteri yang terhormat, semoga bapak sehat selalu.
Adanya pandemi Covid 19 yang tidak terduga datangnya ini, telah merombak sistem kehidupan kita secara besar-besaran. Banyak aspek kehidupan yang terkena imbasnya. Tak terkecuali dunia pendidikan. Adanya kebijakan physical dan social distancing, membuat dunia pendidikan seakan lumpuh. Sekolah sepi, ruang kelas belajar tutup, dan tak ada lagi riuh ramai siswa berangkat sekolah. Namun, KBM juga harus tetap berjalan. Akhirnya, semuanya dianjurkan untuk belajar dan mengajar dari rumah.Pembelajaran konvensional perlahan terkikis dan digantikan dengan pembelajaran jarak jauh untuk memfasilitasi belajar mengajar dari rumah.
Sekolah kami salah satu pelaksana pembelajaran ini. Saya dan siswa saya, mau tidak mau harus bisa beradaptasi dengan keadaan ini. Saya merombak total skenario pelajaran. Dari yang awalnya konvensional beralih ke sistem daring. Hampir semua kursus kilat saya ikuti untuk belajar aplikasi yang menunjang bagi saya melaksanakan pembelajaran daring ini. Dan semua itu hanya dalam hitungan hari. Untungnya selama WFH,banyak yang mengadakan pelatihan aplikasi melalui WA grup dan gratis. Tentunya kesempatan ini tidak saya sia-siakan.
Awal pembelajaran daring,susah memang. Saya harus menjelaskan secara detail kepada siswa tentang penggunaan aplikasi daring ini. Namun,di balik itu semua siswa saya sangat antusias dengan metode baru ini. Pembelajaran daring pun mulai dilakukan. Banyak kendala yang saya temui selama perjalanan kami melakukan daring ini. Terkadang siswa kehabisan kuota saat akan daring, susah sinyal sehingga tidak dapat masuk ke aplikasi, dan tidak dapat bergabung sama sekali karena tidak memiliki HP atau HP milik orang tua.
Akhirnya, saya siasati dengan melakukan daring pada hari libur kerja orang tua, yaitu Sabtu atau Minggu agar semua siswa dapat bergabung di kelas saya. selebihnya saya biasanya hanya mengirimkan materi atau tugas mandiri. Sedangkan bagi siswa yang tidak memiliki HP, untungnya semangat gotong royong siswa kami cukup kuat. Seorang teman yang rumahnya dekat dengan siswa tersebut, menginfokan tentang pembelajaran yang diterima. Jika ada tugas, dia akan dengan senang hati berbagi HP dengan siswa tersebut. Adanya Covid ternyata dapat memupuk rasa kepedulian antar teman.
Pembelajaran imbas Covid ini juga memberikan keterkejutan sendiri bagi saya. Tugas yang saya berikan ternyata memunculkan bakat-bakat terpendam siswa. Berawal dari tugas video tentang ulasan gizi pada menu makanan siswa, satu persatu potensi mereka keluar. Ada yang bagus di bidang IT hingga video yang dihasilkan layaknya seorang profesional. Padahal hanya direkam menggunakan kamera HP, tapi pemberian efek, lighting, pemilihan background, dan lainnya sangatlah detail. Ada juga yang berbakat menjadi youtuber kuliner. Kepandaian mereka dalam mengulas gizi makanan, cara penyampaian yang santai tapi menarik serta gesture tubuh mereka yang mirip seperti Youtuber kuliner ternama.
Sebenarnya, saya banyak belajar dari Covid 19. Jika tidak ada Covid, tidak mungkin saya mengenal aplikasi zoom, webex, edmodo, google classroom, menggunakan YouTube dan blog sebagai media pembelajaran. Padahal, jauh sebelumnya bapak menteri sudah menginstruksikan untuk mulai memanfaatkan IT dalam pembelajaran. Namun, arahan itu saya indahkan. Enggannya keluar dari zona nyaman pembelajaran konvensional adalah alasan utama saya. Adanya pandemi ini dirasa sebagai cara instan yang memaksa semua guru untuk mau dan mampu menggunakan IT dalam pembelajaran serta berkreasi dengannya. Dari Covid juga saya belajar tentang PHBS yang selama ini mungkin dianggap sepele padahal penting dilakukan. Dari Covid pula, rasa gotong royong dan kepedulian kami tersentil untuk sekedar membantu warga lain yang terdampak Covid. Banyak pembelajaran yang dapat saya ambil dari Covid 19 ini.
Ramadhan kali ini juga bukan ramadhan yang biasa. Tidak ada kemeriahan pesantren kilat ataupun buka bersama dengan siswa. Tapi, esensi Ramadan kali ini jauh lebih bermakna. Di tengah pandemi ini, kami diminta lebih bermunajat dan merayu belas kasihNya agar pandemi ini segera mereda. Kegiatan di luar rumah kami kurangi untuk kami isi dengan lebih PDKT kepadaNya dan mempelajari ayat-ayatNya. Suatu hal yang tidak mungkin kami lakukan jika kami masih beraktivitas normal seperti biasa.
Namun, kami semua tetap ingin wabah ini segera mereda,agar kami dapat ber idul Fitri bersama. Karena tidak terbayangkan di benak kami, bagaimana idul Fitri tanpa bertemu dengan orang tua, tanpa berkumpul dengan sanak saudara dan tanpa silaturrahmi dengan para tetangga. Pasti akan menjadi idul Fitri yang beda.
Bapak menteri yang terhormat, sebenarnya masih banyak yang ingin saya ceritakan ke bapak tentang pengalaman kami selama pandemi ini. Kiranya bapak berkenan, semoga saya dan siswa saya menjadi orang yang beruntung untuk dapat berdiskusi langsung dengan bapak. Akan ada banyak hal yang ingin saya utarakan terutama terkait pendidikan Indonesia.
Salam hormat
Wassalamu'alaikum wr.wb.
Luar biasa
BalasHapusMantap sekali
BalasHapusterima kasih ibu telah bersurat kepada saya .... hahaha apakah saya menteri?
BalasHapusLuar biasa.. . Hihi.. Om dedi selalu bikin..waww..😃👍👍
BalasHapus