Konsep perpustakaan di era digital haruslah diperbaharui. Ini agar fungsi dari perpustakaan itu sendiri tidak hilang. Sehingga, meskipun kecanggihan teknologi sudah berkembang dimana-mana, kehadiran perpustakaan masihlah dibutuhkan.
Pemanfaatan OER (Open Educational Resources)
OER atau yang dalam bahasa Indonesia adalah sumber pembelajaran terbuka merupakan sekumpulan dokumen atau media dalam bentuk elektronik yang berguna untuk tujuan pembelajaran, pendidikan, penelitian dan lainnya. Karena bersifat pembelajaran terbuka, maka dokumen atau media ini dapat diakses gratis oleh semua pengguna internet yang membutuhkan. Dikatakan oleh Prof Eko Indrajit bahwa pemanfaatan OER untuk perpustakaan sangatlah penting sebagi inovasi perpustakaan masa depan.
(Sumber : wikipedia.org)
Buku-buku yang ada di perpustakaan diubah dalam bentuk elektronik yang dikenal dengan e book. Tidak hanya buku, media cetak seperti koran dan majalah pun juga dapat dielektronisasi. Dengan demikian, koleksi perpustakaan akan dengan mudah ditemukan oleh para pengunjung perpustakaan. Cukup dengan menggunakan search engine yang terhubung dengan data base daftar koleksi perpustakaan, kita akan cepat menemukan sumber belajar yang diinginkan. Ini akan menghemat waktu, efisien dan tentunya menghemat space / ruang simpan buku di perpustakaan.
Memberikan Fasilitas Coworking Space
Dilansir dari Wikipedia, kerja bersama (coworking) adalah cara bekerja dengan tempat kerja yang saling berbagi, biasanya di sebuah kantor dan kegiatan indepeden. Berbeda dengan lingkungan kerja pada umumnya, peserta kerja bersama biasanya bukan dari organisasi yang sama. Pemanfaatan Coworking ini dapat pula dijadikan solusi untuk menyiapkan perpustakaan era digital.
Prof Eko menuturkan, negara-negara maju seperti Australia, Inggris, Jerman, Amerika dan beberapa negara di benua Eropa, telah memanfaatkan fasilitas Coworking di perpustakaan nya. Hasilnya, meskipun teknologi sudah begitu canggih, menimba ilmu dari perpustakaan masihlah diminati. Bahkan, banyak para pembelajar yang betah berlama-lama di perpustakaan.
Pengubahan koleksi buku menjadi e book telah memberikan space tersendiri di perpustakaan. Banyaknya rak buku yang kosong dapat dimanfaatkan untuk tujuan lain. Ruang yang awalnya digunakan sebagai area pemajangan koleksi buku dapat dirombak menjadi beberapa ruang untuk memberikan mini seminar atau mini workshop. Tidak perlu lama, cukup 1 hingga 2 jam pemberian materi oleh narasumber handal di acara tersebut. Dengan demikian, dalam satu perpustakaan akan hadir beberapa tempat belajar baru yang dikemas dalam bentuk mini seminar atau workshop. Inilah yang dinamakan fasilitas Coworking space di perpustakaan.
Para pengunjung akan semakin betah untuk berlama-lama di perpustakaan. Hal ini karena ada banyak keuntungan yang mereka dapatkan dari kunjungan ke perpustakaan. Selain memperoleh referensi e book yang diinginkan, bonusnya mereka dapat menimba ilmu baru dari narasumbernya langsung di acara mini seminar yang diselenggarakan perpustakaan. Ini akan menghemat waktu, biaya, dan tenaga.
Pemanfaatan Micro Skills
Hadirnya internet mengubah gaya belajar dari pembelajar. Kemudahan dan kepraktisan adalah alasannya. Tipe pembelajar di era digital lebih senang belajar secara visual. YouTube memberikan banyak koleksi video yang memfasilitasi para pembelajar menemukan sumber belajar secara visual. Melalui tayangan di YouTube juga akan mampu meningkatkan skill dari pembelajar. Inilah yang menurut prof Eko disebut sebagai micro skill. Cukup belajar dengan melihat tayangan video di internet, pembelajar akan memperoleh skill yang sama dengan apa yang ditayangkan. Sebagai contoh, setelah melihat tutorial penggunaan sebuah aplikasi, kita dapat mempraktekkannya langsung sesuai dengan arahan dari video tersebut.
Pengelola perpustakaan dapat menggunakan cara ini untuk memikat pengunjung perpustakaan. Pustakawan dapat bekerjasama dengan para dosen atau praktisi untuk mendapatkan berbagai video tutorial yang menarik dan sedang dicari oleh pembelajar. Tentunya
yang tidak tersedia secara bebas di internet. Tidak hanya itu, sumber belajar sejarah juga dapat diubah ke dalam bentuk video. Melalui tayangan film atau video, belajar sejarah atau mengenal para ilmuwan akan lebih asyik daripada hanya sekedar membaca saja.
Perpustakaan sebagai tempat belajar yang nyaman
Perpustakaan yang didesain dengan unik dan menarik akan memikat pengunjung perpustakaan. Tentu saja jika dilengkapi dengan fasilitas yang lengkap. Akan semakin membuat nyaman para pengunjung. Ruang membaca yang nyaman lengkap dengan akses internet yang cepat dan suasana tepat yang mendukung kegiatan belajar, akan membuat pembelajar betah untuk melakukan tugas belajar nya di perpustakaan. Ini yang mungkin mereka tidak peroleh ketika belajar di rumah. Selain sumber belajar yang melimpah, akses internet yang cepat, ruang yang nyaman, dan beberapa fasilitas lain yang juga lengkap ,akan menjadikan perpustakaan sebagai pilihan tempat belajar yang utama.
(Sumber: pinterest.com)
Era digital yang ditandai dengan semakin canggihnya teknologi memang akan memberikan tantangan untuk terus membuat inovasi. Inovasi merupakan cara untuk bisa beradaptasi dengan canggihnya teknologi. Begitupun juga untuk perpustakaan. Inovasi teknologi di perpustakaan sangatlah penting agar fungsi perpustakaan sebagai tempat mencari sumber belajar tidak hilang. Hadirnya teknologi semakin melengkapi fungsi perpustakaan. Dengan demikian, secanggih apapun teknologi, perpustakaan tetap menjadi pilihan untuk belajar.
Luar biasa Bu Nora. Perpus digital sdh waktunya. Mampir cakinin.blogsot.com. ok
BalasHapusSudah BW pak inin 😊
BalasHapusAlhamdulillah dpt referensi keren
BalasHapusPerpustakaan digital bagian dr era revolusi industri. 4.0
BalasHapus