Storytelling dapat diartikan sebagai kegiatan mendongeng. Hampir semua orang tua pasti pernah mendongengkan untuk anaknya. Entah itu membacakan buku cerita ataupun bercerita secara lisan (tanpa buku cerita) dengan aluir cerita hasil dari imajinasi orang tua sendiri. Hal ini juga dialami oleh salah satu peserta pembelajaran Om Budiman Hakim. Peserta tersebut berusia 70 tahun dan mengaku sering didongengkan oleh orang tuanya sewaktu kecil. Namun yang membuat takjub disini adalah
peserta ini masih mengingat jalas cerita si Kancil yang dibacakan orangtuanya waktu dia berusia 5 tahun. Coba kita bayangkan! Ibu itu usianya 70 tahun dan masih bisa mengingat dongeng yang dia dengar 65 tahun yang lalu. Sangat luar biasa. Hal inilah yang menurut Om Budiman Hakim dijadikan sebagai pemikiran bagi para pakar marketing. Jika sebuah cerita mampu menanamkan pesan sedemikian dahsyat, mengapa cara mendongeng tersebut tidak dijadikan sebagai salah satu strategi marketing. Inilah yang menjadi dasar munculnya strategi marketing dengan menggunakan metode storrytelling.
Om Budiman Hakim menyampaikan jika ada beberapa ciri dari storytelling pada kegiatan marketing yaitu :
1. Kekuatannya ada pada cerita. Brand sering muncul belakangan
2. Kalaupun brand muncul di depan, maka kehadirannya akan menjadi bagian dari cerita itu
sehingga tetap tidak terlalu terasa bahwa itu adalah iklan
3.Brand terlihat muncul seperti alur cerita tetapi sebenernya kehadirannya kuat
4. Brand diperlakukan secara netral dan tidak sebagai hero
5. Nuansa iklannya hampir tidak terasa
6. Memberikan surprise yang tinggi kepada konsumen sehingga konsumen secara tidak langsung mau untuk membagikan cerita tersebut.
Lebih lanjut Om Budiman Hakim menjelaskan bahwa ada beberapa macam cara orang berjualan yang sering dilakukan, yaitu :
ROUGH SELLING
Yaitu cara berjualan dengan cara kasar dan menyakiti hati konsumennya. Misalnya produk MLM. Perusahaan MLM yang mempromosikan produknya melalui sales biasanya akan datang ke suatu tempat dan menawarkan adannya prospek bisnis yang menjanjikan. Orang yang mendengar tawaran bisnis pastilah akan tertarik dan secara otomatis akan mendatangi tempat sales tersebut berada. Namun setelah sales tersebut menjelaskan prospek bisnis itu, ternyata mereka sedang menawarkan produk perusahaannya. Hal ini juga berlaku pada perusahaan asuransi. Dan seringkali sales yang menawarkan produk tersebut, terkesan agak memaksa agar kita mau bergabung ke dalam MLM tersebut dan membeli jualannya. Cara berjualan seperti ini biasanya membuat orang jadi tidak bersimpati pada brand kita.
HARD SELLING
Hard selling adalah cara berjualan dengan cara berteriak-teriak seperti tukang obat. Yang diteriakkan biasanya semua tentang kehebatan dan semua benefit yang ada di brandnya. Cara berjualan seperti ini biasanya sulit untuk dipercaya karena janjinya too good to be true. Contoh hard selling :
SOFT SELLING
Cara berjualan secara halus dengan cara bicara dan sikap yang elegan. Meskipun caranya halus, orang tentu saja tau bahwa itu iklan. Cara berjualan seperti ini mungkin menyenangkan calon konsumen tapi karena tau bahwa itu iklan, mereka sering enggan untuk nge-share info yang ada.
Contoh soft selling
Jika diperhatikan, tidak ada bahasa iklan sama sekali di produk tersebut. yang ada hanyalah sebuah puisi dari seorang anak pada saat Fathers day. Tapi dari puisi tersebut, sudah dapat memunculjan ide bagi kita tentang hadiah apa yang diberikan pada saat hari ayah.
CONVERT SELLING
Covert Selling adalah cara beriklan dengan cara menyembunyikan brandnya. Orang tidak tau dan tidak merasa bahwa itu iklan. Cara berjualan seperti ini biasanya tidak disukai oleh Team Marketing karena brand yang diusung tidak ditunjukkan secara tegas dan nyata. Padahal, cara convert selling ini adalah cara yang paling ampun untuk mendapatkan promosi gratis dari brand yang diusungnya karena mereka menganggap hal yang mereka bagikan tersebut bukan suatu iklan.
Artikel di bawah adalah contoh dari convert selling
Cara ini ampuh dilakukan dengan menggunakan teknik storytelling. Storytelling ada di antara soft selling dan covert selling. Artinya adalah sebuah storytelling disampaikan dengan cara yang halus dan elegan seperti soft selling tetapi juga mampu mendapatkan share sebanyak mungkin seperti covert selling.
Ada beberapa bentuk storytelling yang dapat dijadikan strategi pemasaran, yaitu :
Storytelling dalam bentuk cerita
PUYUNGHAY SIALAN
Habis benerin NOTE-5 di North bridge PIM saya mampir ke bakmi GM kangen sama Puyunghay yg menurut saya memang nomer satu di dunia.
Saya order sepiring nasi goreng dan seporsi Puyunghay.
Sambil menunggu puyunghay tiba saya foto2 nasi goreng sepuasnya. Takut keburu dingin saya makan nasi goreng dikit-dikit sambil nunggu puyunghay.
Sialnya sampai nasi goreng habis Puyunghay sialan itu belum juga tiba. Lalu saya pakai jurus pamungkas yg selalu berhasil. Saya panggil waiter lalu saya bilang "Order Puyunghay saya batalkan, saya minta uang kembali"
Lalu saya dengar ribut-ribut dari arah dapur dan sekejap kemudian Puyunghaysialan itu terhidang.
"Bungkus" kata saya setengah membentak. 2 menit kemudian saya keluar dari resto bakmi GM menenteng bungkusan Puyunghay sialan itu.
Kalau puyunghay ini rasanya sedang2 saja barangkali saya sudah kapok balik dan bakmi GM saya masukkan ke Brand Hell.
Sayangnya puyunghai bakmi GM memang enak tenan. Sialaaaan!
Oleh: Subiakto Priosoedarsono
Storytelling dalam bentuk Image
Pada iklan ini hanya mengandalkan gambar yang bercerita. Tidak ada satu huruf pun di sana kecuali kata-kata dalam sachet.
MEMASARKAN PRODUK ATAU BRAND DI SOCIAL MEDIA.
Menurut Om Budiman Hakim, Brand adalah apa yang orang ceritakan tentang kita. Jadi, apapun bisnis yang dilakukan, konsumen harus mempunyai pengalaman unik untuk diceritakan pada komunitasnya. Permasalahannya adalah jika brand kita tergolong brand yang generik dan tidak ada bedanya dengan brand milik kompetitor. Jika terjadi hal yang demikian, maka kita perlu menciptakan sesuatu sehingga konsumen tetap mempunyai pengalaman yang menarik untuk diceritakan. Bagaimana caranya? Kita dapat mengetahui cara tersebut setelah menyimak kisah dari seorang teman Om Budiman Hakim.
Om bud bercerita bahwa beliau mempunyai teman bernama Iwan SJP. Pak Iwan pergi ke Starbucks mengajak seorang temennya bernama Abigail. Seperti kita ketahui, setiap kali kita memesan kopi, barista starbuck akan menanyakan nama pembeli lalu menuliskannya di atas cup kopi kita. Permasalahannya adalah si barista tersebut salah menuliskan spellingnya. Iwan kecewa berat, 'Perusahaan multinasional kok bisa salah menuliskan ejaan?' Begitu katanya.
Karena kesal Iwan SJP memotret cup bertuliskan nama yg salah tersebut dan mempostingnya di facebook pribadinya. Iwan tidak mengetahui bahwa Barista tersebut ternyata menulis dengan ejaan yang salah secara sengaja. Starbucks sedang memberi konsumennya bahan untuk diceritakan dan tanpa disadari Iwan telah menjadi brand ambassador starbuck secara gratis.
Inilah contoh kekuatan dari storrytelling yang mampu digunakan sebagai media promosi terselubung. Dari kisah ini kita juga dapat mengetahui bahwa di era digital, orang tidak takut melakukan hal yang cenderung negatif dalam berkomunikasi. Hal ini karena suatu perusahaan lebih mementingkan adanya liputan tentang produknya apapun caranya, bahkan hingga mengesampingkan nama baik perusahaan. Era digital telah memporaporandakan tata nilai, norma sampai bahasa.
Selanjutnya Om Bud memberikan cerita lain tentang kekuatan storytelling. Bercerita tentang beliau yang pernah mengkonsumsi Soto Gebrak. Bagi om bud, soto gebrak rasanya biasa dibandingkan dengan soto-soto lain yang pernah dicobanya. Tapi beliau tetap menceritakan pengalaman makannya di Soto Gebrak. Kenapa? Karena ada sesuatu yang spesial ketika membelinya. Ketika kita memesan soto, maka kokinya akan membanting botol kecap ke atas kayu yang dilapis seng. Setiap kali botol digebrakkan ke meja maka akan terdengar suara yang sangat memekakkan telinga dan membuat kaget pelanggan.
Inilah pengalaman spesial yang kemudian dibagikan oleh Om bud kepada teman-temannya. Orang yang penasaran akan diajak beliau untuk makan di Soto Gebrak, dan pastinya mengalami pengalaman yang sama juga. Ini akan terus berlanjut layaknya lingkaran marketing. Pembeli soto gebrak tersebut tidak menyadari bahwa apa yang dilakukannya merupakan bagian dari promosi gratis produk soto gebrak.
Dari sini Om Bud berkesimpulan bahwa pemilik soto gebrak ini menyadari bahwa rasa sotonya tidak cukup kuat untuk diceritakan oleh konsumennya. Karena itu dia menciptakan gimik dan merekayasa sesuatu supaya konsumennya punya pengalaman untuk diceritakan. Artinya, owner soto gebrak ini secara intuisi telah menciptakan strategi marketing keren yang tidak kalah seperti yang dilakukan oleh perusahaan multinasional sekelas Starbucks.
Satu kisah lagi yang Om Bud ceritakan
SIOMAY PINK
Siomay yang dijukan sama seperti siomay pada umumnya. Yang berwarna pink adalah benda-benda lain di luar siomay. Rasanya sebenarnya biasa saja tetapi Om bud sering kesana karena tempat tersebut berfungsi sebagai meeting point dengan keluarga setiap acara CFD. Sembari menunggu keluarga, sOm Bud membeli beberapa siomay untuk menyenangkan hati penjual. Karena seringnya membeli, belakangan beliau mendapat cerita lain tentang penjual siomay pink ini. Namanya Bapak Sriyono asli dari Klaten.Warna Pink adalah warna favorit anaknya Nama anaknya adalah Peksi Safira Miradalita. Pak Sriyono bercerai dengan istrinya ketika Peksi baru berusia 3,5 tahun. Dan tragisnya, Pak Sriyono tidak diizinkan untuk bertemu dengan anaknya itu. Hati om bud tersentuh sekali mendengar cerita itu. Sejak itu, setiap kali pergi ke Car Free Day, beliau selalu makan siomay Pink. Namun, perlu diingat bahwa beliau membeli bukan karena ketagihan rasa yang spesial melainkan karena terhipnotis cerita Pak Sriyono tadi.
Cerita ternyata memberikan dampak yang begitu hebat bagi suatu produk. Pengalaman-pengalaman yang dialami oleh konsumen ketika menggunakan suatu produk dapat memberikan cerita tersendiri, apakah itu cerita baik atau buruk. Dan kebiasaan masyarakat sekarang, apapun yang dialaminya pasti akan dibagikan melalui media sosial. Mereka tidak sadar bahwa cara ini merupakan promosi terselubung yang diharapkan oleh perusahaan pembuat produk. Sebagai contoh, misalkan kita sedang makan di suatu tempat, sebelum makan pasti kita akan memfoto makanan tersebut dan diposting menjadi status di media sosial lengkap dengan keterangannya. Kemudian banyak orang melihat status kita, penasaran dan akhirnya pergi untuk membeli makanan tersebut. Ini juga kekuatan dari storytelling. Kita tidak sadar telah membantu restoran tersebut memasarkan produknya ke orang lain. Dan yang terpenting, pemasaran cara ini sangat menguntungkan bagi perusahaan. Disamping produknya lebih dikenal masyarakat dengan cepat, perusahaan juga tidak perlu keluar biaya khusus untuk tim marketing.
Hadirnya teknologi melengkapi kekuatan storytelling untuk mempromosikan suatu produk. Kebiasaan masyarakat juga akan mendukung kelancaran metode ini. Masyarakat yang cenderung lebih mengutamakan rasa penasaran, dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan strategi marketing melalui storytelling.
lengkap banget,.
BalasHapusSipp bu nora
BalasHapus