Sebelum penulis membahas resume dari narasumber hebat Pak Ukim Komarudin, ada
kisah dari beliau yang sayang jika dilewatkan. Penulis ingin menceritakan
kembali perjalanan menulis beliau sebagai penulis pemula hingga bisa tembus
penerbit mayor.
Pak Ukim Komarudin, sosok seperti Mario Teguh jika penulis bisa katakan. Mengapa demikian? karena setiap kata per kata yang beliau utarakan, bagai sedang mendengar acara Mario Teguh Golden Ways,,bapak yang Budiman, ibu yang luar biasa, begitu beliau menyebut kami,, energi-energi positif yang beliau salurkan lewat kata sapaan itu seakan mengalir ke dalam jiwa kami. Super sekali..
Kisah dari penulis pemula hingga ke penerbit mayor
Bagi Pak Ukim, menulis merupakan ekspresi pribadi beliau. Oleh karena itu, beliau merasa sangat penting memiliki tempat untuk mencurahkan segala kegelisahan atau apapun bentuknya. lalu beliau menemukan menulis adalah sarana yang tepat. Ketika beliau menulis, beliau tidak mempedulikan tentang kualitas tulisan beliau ataupun trans apa yang sedang ada di masyarakat sekarang. Yang terpenting bagi beliau adalah menulis. Dan kegiatan menulis pun menjadi makanan sehari-hari beliau, jika sehari saja tidak menulis, beliau akan merasa ada sesuatu yang hilang.
Selain menulis apa yang dipikirkan beliau, beliau pun menulis tentang pelajaran, proposal, liputan kegiatan yang harus dituliskan di majalah, dan menulis buku harian. Hingga sampai suatu hari, tulisan-tulisan itu mulai dilirik orang-orang terdekat, yang dalam hal ini teman-teman guru. Satu dua teman berkomentar bahwa tulisan beliau bagus, dapat membuat pembaca larut dalam cerita, dan mudah dicerna oleh pembaca. Karena komentar tersebut, beliau mengatakan untuk membukukan tulisan-tulisan yang selama ini merekam semua kejadian yang beliau alami. Ada beragam kejadian, tetapi tema besarnya merupakan pelajaran seorang dewasa (guru) dari anak-anak "cerdas" yang menjadi siswanya. Oleh karena tulisan itu beragam kejadian, beragam waktu, dan dari beragam tokoh, maka judul buku tersebut adalah "Menghimpun yang Berserak." Sebuah usaha untuk mengumpulkan segenap mutiara yang berserakan dalam kehidupan yang sangat bermanfaat bagi beliau, dan semoga bermanfaat pula buat orang lain (pembaca). Selanjutnya beliau tawarkan buku tersebut ke sebuah penerbit mayor bersama buku pelajaran yang beliau buat bersama dengan teman.
Interview dilakukan untuk kedua buku, pertama, buku bersama yakni buku mata pelajaran. Kedua, buku pribadi beliau, "Menghimpun yang Berserak." Dalam kesempatan interview itulah beliau banyak mendapatkan pengetahuan terkait tips dan trik menerbitkan buku. Dikatakan beliau, untuk buku pribadi beliau 'menghimpun yang berserak", ada banyak pertanyaan yang diajukan oleh penerbit. Tentunya ini tak lepas dari laku atau tidaknya buku tersebut. Beberapa pertanyaan yang penerbit ajukan ke beliau adalah :
Pak Ukim Komarudin, sosok seperti Mario Teguh jika penulis bisa katakan. Mengapa demikian? karena setiap kata per kata yang beliau utarakan, bagai sedang mendengar acara Mario Teguh Golden Ways,,bapak yang Budiman, ibu yang luar biasa, begitu beliau menyebut kami,, energi-energi positif yang beliau salurkan lewat kata sapaan itu seakan mengalir ke dalam jiwa kami. Super sekali..
Kisah dari penulis pemula hingga ke penerbit mayor
Bagi Pak Ukim, menulis merupakan ekspresi pribadi beliau. Oleh karena itu, beliau merasa sangat penting memiliki tempat untuk mencurahkan segala kegelisahan atau apapun bentuknya. lalu beliau menemukan menulis adalah sarana yang tepat. Ketika beliau menulis, beliau tidak mempedulikan tentang kualitas tulisan beliau ataupun trans apa yang sedang ada di masyarakat sekarang. Yang terpenting bagi beliau adalah menulis. Dan kegiatan menulis pun menjadi makanan sehari-hari beliau, jika sehari saja tidak menulis, beliau akan merasa ada sesuatu yang hilang.
Selain menulis apa yang dipikirkan beliau, beliau pun menulis tentang pelajaran, proposal, liputan kegiatan yang harus dituliskan di majalah, dan menulis buku harian. Hingga sampai suatu hari, tulisan-tulisan itu mulai dilirik orang-orang terdekat, yang dalam hal ini teman-teman guru. Satu dua teman berkomentar bahwa tulisan beliau bagus, dapat membuat pembaca larut dalam cerita, dan mudah dicerna oleh pembaca. Karena komentar tersebut, beliau mengatakan untuk membukukan tulisan-tulisan yang selama ini merekam semua kejadian yang beliau alami. Ada beragam kejadian, tetapi tema besarnya merupakan pelajaran seorang dewasa (guru) dari anak-anak "cerdas" yang menjadi siswanya. Oleh karena tulisan itu beragam kejadian, beragam waktu, dan dari beragam tokoh, maka judul buku tersebut adalah "Menghimpun yang Berserak." Sebuah usaha untuk mengumpulkan segenap mutiara yang berserakan dalam kehidupan yang sangat bermanfaat bagi beliau, dan semoga bermanfaat pula buat orang lain (pembaca). Selanjutnya beliau tawarkan buku tersebut ke sebuah penerbit mayor bersama buku pelajaran yang beliau buat bersama dengan teman.
Interview dilakukan untuk kedua buku, pertama, buku bersama yakni buku mata pelajaran. Kedua, buku pribadi beliau, "Menghimpun yang Berserak." Dalam kesempatan interview itulah beliau banyak mendapatkan pengetahuan terkait tips dan trik menerbitkan buku. Dikatakan beliau, untuk buku pribadi beliau 'menghimpun yang berserak", ada banyak pertanyaan yang diajukan oleh penerbit. Tentunya ini tak lepas dari laku atau tidaknya buku tersebut. Beberapa pertanyaan yang penerbit ajukan ke beliau adalah :
- Apakah bukunya diperkirakan akan
laku di pasaran?
- Apakah buku beliau mempunyai nilai
tambah sehingga pembaca melirik dan membeli buku tersebut.
- Untuk kepentingan pasar,
"Apakah beliau bersedia apabila beberapa hal terjadi penyesuaian
(diganti)?
Bagi beliau, beberapa pertanyaan yang diajukan penerbit, dirasakan kurang sesuai dengan tujuan beliau dalam menulis. Namun, penerbit mengajukan beberapa pertanyaan tersebut dalam rangka untuk memutuskan apakah naskah itu layak diterbitkan atau sebaliknya. Dan bagi penerbit, naskah dari penulis pemula memang harus dipoles di sana sini agar tambah memikat minat pembaca.
Pak Ukim lanjut bercerita jika nanti naskah itu dapat melewati editor, maka proses "menjadi" memang mengalami banyak hal. Ada bagian gambar sampul, ilustrasi, photo jika diperlukan, tata letak, dan lainnya, yang akan menyukseskan suatu naskah hingga benar-benar terbit. Jikalau pun harus ada keperluan editing, dari editor akan selalu memberikan konfirmasi. Artinya, semuanya akan terjadi jika penulis naskah setuju. Sebelum proses naik cetak, penulis buku mendapatkan dami, yaitu calon buku yang sama persis jika akhirnya bisa dicetak. Setelah buku benar-benar dicetak, penulis juga tetap melewati serangkaian kegiatan seperti tanda tangan penerimaan royalti (tergantung aturan masing-masing penerbit), kegiatan launching buku, dan promosi buku. Terutama dalam hal promosi,penulis dianjurkan untuk dapat terlibat langsung memasarkan buku agar buku tersebut dapat segera dinikmati oleh orang lain.
Demikian kisah perjalanan karya dari seorang penulis pemula, yang dapat terbit melalui penerbit mayor. Selalu ada tim di belakang nya yang membantu sukses nya buku kisah pribadi Pak Ukim.
Cara Menjadi Penulis
Menurut Pak Ukim, seorang penulis
pastilah seorang pembaca banyak buku juga. Bagi penulis pemula khususnya,
disarankan untuk memperbanyak membaca buku guna mempertajam wawasan dan
penguasaan materi kita. Dari proses membaca ini, kita juga akan tambah mengenal diksi-diksi yang bagus, teknik penulisan yang hebat serta gaya menulis
yang apik. Terkadang, dari membaca buku, ide juga akan serta merta muncul di
benak kita.
Ide yang kita peroleh, kita
paparkan dalam bentuk tulisan. Abaikan dulu mengenai kualitas dan tata bahasa
tulisan ketika menulis, cukup dengan lanjut menulis hingga selesai. Selama
kegiatan menulis berlangsung, teruslah untuk memotivasi diri anda bahwa anda
mampu menyelesaikan tulisan tersebut. Hal ini karena, adanya writers block yang
biasanya mengganggu penulis pada saat menyelesaikan naskahnya. Ide yang
tiba-tiba hilang akan melunturkan semangat penulis untuk melanjutkan naskahnya.
Tahap inilah yang sebenarnya penting diketahui. Komitmen dan konsistensi adalah
kunci agar naskah dapat selesai sesuai jadwal yang ditentukan apapun
kondisinya.
Setelah tulisan selesai, barulah
kita masuk ke dalam tahap editing. Rapikan hasil tulisan kita sesuai dengan EYD yang
tepat dan pilihan diksi yang sesuai agar naskah kita siap untuk diulas penerbit
dan diterbitkan. Dapat dilihat pada gambar.
Proses perjalanan naskah hingga layak
terbit
Dari perjalanan kisah buku
pertama pak Ukim, beliau kemudian menjelaskan alur perjalanan suatu naskah dari
awal masuk ke penerbit hingga akhirnya diterbitkan. Apa itu naskah? Naskah adalah
hasil karya yang menjadi tanggung jawab penulis dalam penerbitan sebuah buku. Naskah
yang baik harus memenuhi krtiteria berikut ;
- Naskah merupakan hasil tulisan asli
- Belum pernah dipublikasikan penerbit lain
- Memiliki jalan cerita yang menarik
- Naskah ditulis dengan rapi
- Memiliki peluang pasar yang baik
- Tidak merupakan karya plagiat
- Dilengkapi dengan sinopsis
- Dilengkapi dengan kelebihan dan kekurangan dengan buku-buku yang bertema serupa di pasar.
Jika naskah telah memenuhi
kriteria diatas, naskah dapat dikirimkan melalui pos atau diantar langsung ke
alamat penerbit dengan mencantumkan genre tulisan pada sampul amplop. Selain
itu, juga disertakan surat pengantar dan biodata penulis secara lengkap. Jika
dalam waktu minimal 3 bulan tidak ada konfirmasi dari pihak penerbit, maka
naskah tersebut tidak lolos seleksi penerbitan. Jika naskah diterima, maka
naskah akan diproses lebih lanjut.
Naskah yang diterima, kemudian
akan masuk ke tim editorial untuk melewati serangkaian macam proses. Tim
editorial ini digawangi oleh editor sebagai penyaring naskah, pengawal naskah
dan melengkapi data administrasi penerbitan naskah. Editor akan dibantu oleh desainer
dan ilustrator sebagai penambah gambar (jika diperlukan), penambah ilutrasi dan
pembuat sampul buku. Selain itu, tim ini juga akan dibantu oleh layouter
sebagai pengkoreksi perubahan konten dan penentu tata letak sesuai kebutuhan
cetak. Jika ada koreksi terkit dengan konten, tim editorial akan menghubungi
penulis guna konfirmasi adanya perubahan dalam konten. Konten akan diubah jika
penulis menyatakan setuju untuk mengubahnya. Setelah naskah melewati tahap
penataan tata letak, maka naskah sudah siap untuk dicetak. Sebelum naskah
didistribusikan, naskah akan diberikan kembali kepada penulis untuk dikoreksi
terkait dengan isi, tata letak gambar, ilustrator, dan sebagainya. Jika naskah
ini dinyatakan sesuai oleh penulis, maka naskah akan siap didistribusikan.
Tugas editor selanjutnya
adalah membuat alat promosi penerbitan buku seperti flyer, brosur, dan
lain-lain. Editor akan berkoordinasi dengan tim marketing dan penulis terkait
cara promosi buku yang diterbitkan. Proses promosi dapat berupa media sosial,
pameran buku, acara bedah buku, ataupun cara lainnya. Peran serta penulis tetap
diharapkan pada tahapan promosi ini guna proses percepatan penjualan buku yang
sudah terbit.
Ada beberapa alasan mengapa
suatu naskah ditolak oleh penerbit
- Naskah kurang nilai ekonomisnya
- Materi/judul tidak sesuai dengan fokus bisnis penerbit
- Sudah ada buku sejenis di penerbit
- Penulis tampak kurang menguasai materi
- Penulis tampak tidak mampu menuangkan idenya dengan baik
- Penuhnya kapasitas produksi penerbit
Penulis yang naskahnya
diterbitkan, akan mendapatkan royalti sebesar 6-10 % yang dibayarkan setiap 6
bulan sekali setelah buku terbit.
Perlu diingat bahwa, yang
paling penting untuk dapat menembus penerbit mayor adalah dengan mengikuti
aturan penerbitan dari penerbit tersebut. Gaya selingkung tiap penerbit akan
berbeda dan kita harus menyesuaikan dengan gaya dari penerbit tersebut.
Wah mantul Bu lengkap. Monggo kunjung ke cakinin.blogspot.vom
BalasHapusSiap bapak
HapusSuper...ibuk
BalasHapusJOSS BU NORALIA
BalasHapus