"Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan " (pasal 31 ayat 1 UUD 1945)
Dari pasal ini mengartikan bahwa setiap anak mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan tanpa terkecuali. Tidak memandang ras, golongan sosial, daerah, bahkan anak jalanan dan terlantar pun berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan sesuai. Namun, pemerataan pendidikan tidak sepenuhnya dapat dilakukan dengan mudah dan sesuai dengan harapan tujuan pendidikan Nasional Indonesia. Banyak permasalahan yang perlu diselesaikan agar hak siswa untuk mendapatkan pendidikan seutuhnya dapat tercapai.
Tidak meratanya jumlah guru yang tersebar di beberapa daerah menjadikan transfer pendidikan ke siswa menjadi terhambat. Sebut saja di daerah 3T. Jumlah guru di daerah ini tidaklah sesuai dengan porsi kebutuhan mata pelajaran yang diajarkan. Banyak guru di daerah tersebut yang merangkap mengajar untuk beberapa mata pelajaran. Sebagai contoh guru lulusan Biologi yang juga mengajar IT, fisika dan kimia . Memang jika dilihat dari segi keilmuannya, masih dalam satu rumpun pelajaran yang sama yaitu sains. Namun, siswa tidak akan memperoleh transfer ilmu secara maksimal dikarenakan penyampaian ilmu juga hanya terbatas di bagian dasar saja.
Disamping itu, fasilitas yang serba kekurangan juga menjadi suatu problematika tersendiri bagi sekolah di daerah tersebut. Keterbatasan sarana yang ada memberikan dampak yang signifikan pada proses pembelajaran. Apalagi untuk mata pelajaran yang memang butuh alat peraga agar materi yang disampaikan lebih mudah dicerna siswa. Misalnya pada mapel IPA atau IPS. Pada akhirnya dibutuhkan inovasi tersendiri dari sang guru untuk membuat suatu alat yang dapat mendukung proses pembelajaran. Tentunya alat tersebut dengan memanfaatkan dan memaksimalkan apa yang ada dan dimiliki oleh daerah tempat ajarnya.
Dialah Pak Arif Darmadiansah, sosok guru muda yang luar biasa dedikasi dan pengabdiannya untuk pendidikan. Dia rela meninggalkan segala kenyamanan yang ia rasakan di tanah kelahirannya, Solo demi untuk mencerdaskan siswa siswi daerah ujung batas Negara ini.
Sekolah tempat pak Arif mengabdi sekarang ada di ujung alor. Daerah 3T kalau orang bilang. Terpencil, terluar, terdalam dan ter ter lainnya. Berada di puncak perbukitan, berbatasan langsung dengan negara tetangga timur leste yang dipisahkan oleh selat. Bagi beliau dan warga asli sana, akan lebih dekat ke dili daripada ke kupang bila naik kapal atau pesawat. Melihat kondisi ini, jelas bagi sekolah tersebut jika minim adanya fasilitas. Ketiadaan listrik, sinyal telepon, internet, dan sarana prasarana lain menjadi makanan sehari-hari bagi guru dan siswa di sekolah. Proses pembelajaran pun tiap harinya kurang optimal karena terbatasnya fasilitas yang ada. Hal ini tentunya menjadi kegelisahan dan tantangan tersendiri bagi guru untuk menciptakan sebuah inovasi pembelajaran yang menarik, menyenangkan, dan bermakna bagi siswa. Akhirnya muncul ide Pak Arif untuk menciptakan suatu karya yang berguna untuk mendukung proses pembelajaran nya.
Karya Inovasi Pembelajaran
Berawal di tahun 2016 yang terinspirasi dari sebuah proyektor hologram 3. Ketika itu beliau ingin menjelaskan invertebrata tetapi siswa tidak punya gambaran sama sekali tentang apa itu invertebrata. Terciptalah hologram hasil karya pak Arif sebagai alat peraga invertebrata. Alat ini terbuat dari mika tutup CD bekas yang dibentuk seperti prisma sebagai tempat hologramnya dan hp android sebagai penayang video atau gambarnya. Namun karena sesuatu hal, mika CD diganti dengan akrilik. Dengan akrilik, tampilan gambarnya menjadi lebih jelas, gambarnya juga detail dan tidak kusam.
Beliau menggunakan model penelitian pengembangan atau RnD agar produk benar-benar valid dan shahih. Produk yang sudah jadi, diuji kevalidannya oleh ahli dan kelayakan pemakaian produk oleh siswa pada saat pembelajaran di kelas.
setelah produk dinyatakan valid dan layak, produk diujiicobakan ke anak dan mendiseminasikan ke teman guru lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minat anak terhadap suatu mata pelajaran meningkat dan nilai siswapun mengalami kenaikan.
(hologram mika CD)
Kesuksesan pak Arif juga diulang kembali pada tahun 2018 ketika beliau membuat Millea : Mikroskop lensa laser tenaga surya. Ide ini beliau dapatkan ketika ingin melakukan pengamatan pada materi struktur tumbuhan. Namun, tidak ada fasilitas mikroskop untuk melakukan pengamatan. Padahal di mata pelajaran yang diampu pak Arif, 40 % nya adalah kegiatan praktek di laboratorium yang membutuhkan alat salah satunya adalah mikroskop.
Inovasi Milea ini juga cukup sederhana. Hanya HP yang ditambahi lensa laser bekas mainan anak-anak sehingga perbesarannya bertambah. Ini sudah cukup untuk dapat melihat struktur anatomi tumbuhan. Walaupun belum maksimal namun ada pengalaman belajar baru yang siswa pak Arif dapatkan. Pembelajaran menjadi lebih menarik, menyenangkan dan yang penting bermakna karena siswa mengalami sendiri pembelajaran tersebut dengan bantuan alat peraga.
(inovasi Milea)
Dengan menggunakan kedua ide inovasi tersebut, pak Arif dapat meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran secara signifikan. Prestasi siswa juga ada peningkatan, namun tidak terlalu signifikan seperti pada minat siswa. Selain itu, dari 2 ide itulah banyak bonus yang didapatkan oleh pak Arif. Dari yang niat awalnya hanya untuk membuat suatu pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, beliau berhasil meraih juara pada sebuah kompetisi guru bergengsi tingkat nasional yaitu INOBEL.
Alur Keikutsertaan INOBEL, Kompetisi Guru Tingkat Nasional
Permasalahan yang dihadapi oleh kita sebagai para guru, dihimpun menjadi satu untuk dicarikan solusi. Dari solusi ini akan muncul suatu ide atau gagasan. Ide tersebut dikembangkan menjadi sebuah produk berupa media, bahan ajar, atau lainnya. Selanjutnya proses menuangkan ide tersebut ke dalan sebuah karya ilmiah untuk bersiap dikirimkan ke sebuah kompetisi.
Karya ilmiah yang disusun dapat berupa penelitian tindakan kelas, penelitian eksperimen atau penelitian pengembangan (R&D). Selanjutnya lakukan pendaftaran di portal
kesharlindung.pgdikmen.kemdikbud.go.id dan untuk dikdas kesharlindung.pgdikmen.kemdikbud.go.id
atau
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://kesharlindung.pgdikmen.kemdikbud.go.id/&ved=2ahUKEwjnieLbyq3pAhWMf30KHSp1AdgQFjAAegQIBhAD&usg=AOvVaw1mpfWejapwzbEz7nKmAdtc
Kompetisi ini terbuka untuk semua guru. Ada beberapa syarat administrasi yang diminta pada saat pendaftaran misalnya surat pernyataan aktif mengajar, surat bukan kepala sekolah, dan lainnya. Tahap pertama adalah seleksi administrasi. Peserta yang lolos akan dilakukan penilaian proposal yang diajukan. Apabila lolos maka akan mendapatkan undangan bimtek dari Kemendikbud. Selanjutnya melakukan penelitian Pelaksanaan di sekolah masing-masing. Selama pelaksanaan penelitian, akan dilakukan tahap seleksi dan evaluasi. Peserta yang lolos seleksi pada tahap ini, akan ditetapkan sebagai finalis yang akan kembali di undang untuk mempresentasikan hasil karya ilmiahnya.
Pada waktu tahun 2016 diambil 100 peserta yang lolos sebagai finalis. 50 finalis dari jenjang SMA dan 50 finalis dari jenjang SMK. Namun, pada tahun 2018 format seleksi peserta dibedakan kembali. Ada kategori utama bagi peserta yang pernah juara, madya yang pernah masuk finalis namun belum juara dan pemula bagi yang pertama kali mengikuti. Tes yang dilakukan saat babak final meliputi tes tertulis yang berisi soal pedagogik sejumlah 100 soal, tes presentasi dan laporan hasil penelitian. Pada saat presentasi dan laporan hasil penelitian, produk inovatif yang diajukan akan dinilai berdasarkan sspek mudah digunakan, mudah didapatkan, mudah ditiru, dan seberapa manfaat produk itu untuk mendukung pembelajaran. Standar penilaian inilah yang menjadi penilaian yang tinggi lomba INOBEL . Finalis yang berhasil melewati ketiga tes ini akan dinobatkan menjadi juara INOBEL.
Sebenarnya dalam kondisi apapun, guru memang harus dituntut untuk kreatif dan inovatif menciptakan suatu pembelajaran yang menarik minat siswa dan dapat meningkatkan prestasi siswa. Inovasi tersebut tidak melulu dalam bidang IT atau harus berupa produk yang mahal dan susah dibuat. Banyak barang di sekitar kita yang apabila kita kreatif, bisa dijadikan suatu media pendukung proses pembelajaran.
Apalagi di daerah 3T yang segalanya serba minim dan terbatas, tantangan tersendiri bagi guru yang mengajar di daerah tersebut untuk terus menciptakan inovasi dalam pembelajaran yang dilakukan. Di tengah segala keterbatasan yang ada, kekreatifan seorang guru sangatlah diperlukan agar transfer pendidikan tetap berjalan. Inovasi harus terus-menerus dilakukan. Dan yang penting dari suatu inovasi adalah mudah dibuat, mudah ditiru, mudah digunakan, dan pastinya bermanfaat bagi kemajuan pendidikan.
SALAM DARI KAMI TERUNTUK PAHLAWAN DI UJUNG BATAS
sebuah kisah yg sangat inspirtif
BalasHapusBenar benar nyata dan bagus, lanjutkan menulis
BalasHapusLuar biasa Bu Nora tulisannya hebat
BalasHapusPENUH INSPIRASI
BalasHapusmantul ibuk..
BalasHapus