Langsung ke konten utama

PENERAPAN PENDIDIKAN HOLISTIK PADA POLA BELAJAR EFEKTIF DARI RUMAH


Selebrasi Hari Pendidikan Nasional tahun ini disemarakkan oleh PB PGRI  untuk melaksanakan seminar online series yang berhasil menjaring  sebanyak 13.000 peserta pendidik dari seluruh Indonesia untuk turut serta dalam kegiatan. Seminar online perdana mengangkat judul “Menciptakan Pola Belajar yang Efektif dari Rumah” dengan pembicara yaitu Prof. Rhenald Kasali. Beliau  merupakan seorang akademisi, praktisi, penulis, pemerhati pendidikan, dan founder dari Rumah Perubahan. Seorang ahli yang telah banyak memberikan sumbangsih penting bagi dunia pendidikan.

Nasib Pendidikan Indonesia Saat Covid Melanda
Sekarang ini, di dunia bahkan Indonesia, sedang terkena suatu wabah penyakit baru bernama Covid 19. Hadirnya wabah ini memberikan dampak di berbagai sektor kehidupan, tak terkecuali pendidikan. Dunia pendidikan seakan mati suri semenjak mulai diberlakukannya kebijakan social dan physical distancing oleh pemerintah. Tak ayal, kampus dan sekolah dari berbagai jenjang pendidikan diharuskan untuk tidak lagi melakukan kegiatan pembelajaran tatap muka langsung dengan siswa. Pembelajaran mulai dialihkan melalui metode daring. Lalu apakah kita siap dengan metode pembelajaran ini?

Sejak surat keputusan dari Kemendikbud terbit mengenai upaya pencegahan dan penyebaran Corona, sistem pembelajaran konvensional perlahan terkikis dan tergantikan oleh pembelajaran daring. Guru, siswa, bahkan orang tua dipaksa untuk beradaptasi secara cepat dengan metode ini. Memang, di tengah situasi yang seperti ini, metode daring dirasa solusi yang paling tepat untuk dilakukan. Meski sekolah diliburkan, tetapi tuntutan dalam proses pembelajaran masih dapat terlaksana dan tercapai. Namun, jika dilihat lebih jauh, banyak celah kekurangan dari metode daring ini.

Miskonsepsi anak akan home learning
Sebagian besar anak menganggap kebijakan untuk melakukan pembelajaran dari rumah adalah hari libur bagi anak. Anak-anak cenderung kurang patuh pada orang tua ketika belajar
Mereka berpikir ini adalah saat bersantai di rumah tanpa harus terbebani dengan pelajaran di sekolah. Akhirnya, ketika anak diberikan suatu pembelajaran, anak akan merasa terpaksa dan cenderung berontak untuk melakukan pembelajaran karena pemahaman awal mereka yang keliru akan proses home learning ini. Padahal, selama home learning, harusnya anak masih belajar sama seperti waktu dia di sekolah. Hanya saja yang membedakan adalah tempat dan cara belajarnya. Selain itu, anak cenderung kurang bersemangat belajar selama masa BDR karena tidak adanya pencetus untuk semangat bersaing dengan teman sebaya imbas pembelajaran yang dilakukan secara mandiri

Kurang siapnya fasilitas
Lemahnya jaringan internet juga dirasa menjadi kendala yang sering dialami oleh guru dan siswa. Terutama bagi mereka yang tinggal di daerah pedesaan atau pedalaman, akan sulit untuk mendapatkan akses internet. Terbatasnya peralatan untuk melakukan daring juga dirasakan sebagai suatu kendala di pembelajaran ini. Tidak setiap siswa memiliki handphone pintar dengan spec yang mumpuni untuk mendukung kelancaran pembelajaan ini. Padahal, ini merupakan salah satu faktor penting terlaksananya pembelajaran daring.

Kondisi sosial ekonomi orang tua
Guna menunjang kelancaran pembelajaran daring, faktor pendukung juga diperlukan yaitu smartphone dan kuota internet. Namun, tidak setiap orang tua mampu memfasilitasi putra putri mereka dengan kedua alat tersebut. Kondisi ekonomi merekalah yang menjadikan alasan tidak terpenuhinya faktor pendukung ini. Bagi orang tua pekerja informal, akan lebih banyak tugas yang harus mereka kerjakan. Selain dituntut untuk dapat membimbing putra putrinya, mereka juga harus ekstra kerja keras agar kondisi ekonomi keluarga tetap stabil
Disamping itu, latar belakang pendidikan orang tua juga perlu diperhatikan. Mereka yang berpendidikan rendah mungkin tidak akan mampu mendampingi putra putrinya belajar karena pengetahuan yang dimiliki terbatas.

Tidak semua anak melek IT
Bagi anak yang dunianya sudah terbiasa dimudahkan dengan hadirnya teknologi, akan sangat mudah bagi mereka untuk beradaptasi dengan pembelajaran daring. Lain halnya dengan mereka yang sehari-harinya menggunakan handphone hanya untuk media komunikasi, cukup susah bagi mereka untuk dapat mengikuti metode pembelajaran ini.

Miskonsepsi guru akan home teaching
Guru terlalu banyak memberikan penugasan yang menjadikan beban pekerjaan tersendiri terutama bagi orang tua. Tugas yang setiap harinya dikirim oleh para guru melalui grup WhatsApp atau line, mau tidak mau membuat para orang tua untuk terlibat langsung membantu putra putrinya menyelesaikan tugas tersebut. Selama home learning, akan terlihat nyata peran orang tua sebagai guru di rumah yang selama ini melimpahkan tugas ini kepada para guru di sekolah. Kekreatifan, kesabaran, ketekunan, dan kepandaian orang tua akan diuji selama membimbing putra putrinya dalam penyelesaian tugas. Orang tua dituntut kreatif untuk dapat menciptakan waktu belajar yang menyenangkan selama penyelesaian tugas, karena jika tidak, anak cenderung akan bosan dan berhenti di tengah-tengah penyelesaian tugasnya. Hal ini membuat tidak hanya anak yang stres, tetapi orang tua pun ikut merasakannya. Padahal, esensi kegiatan pada saat daring haruslah sama ketika kita melakukan proses kegiatan belajar mengajar di sekolah. Penyampaian materi, diskusi interaktif, pemberian evaluasi atau kegiatan pembelajaran lainnya tetap harus dilakukan ketika pembelajaran daring. Jadi guru tidak melulu memberikan tugas bagi para siswanya ketika masa daring ini. Disamping itu,Para guru  juga dihadapkan dengan kebingungan dalam memberikan evaluasi akhir kepada siswa selama masa BDR imbas pandemi.

Karena keadaan yang serba susah ini, maka pendidik akan dituntut berpikir untuk membuat perubahan dan pembaharuan. Yang dibutuhkan pendidik sekarang adalah komitmen untuk memulai mencari solusi untuk keluar dari permasalahan yang ada, konsistensi untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi, dan kesulitan untuk melakukan sebuah inovasi terhadap permasalahan yang ada. Sebagai contoh munculnya Alibaba yang berawal dari adanya wabah SARS di Tiongkok yang membuat warga kesusahan untuk beraktivitas keluar rumah dan sekarang produk Alibaba sudah bertambah besar seiring perkembangan jaman.

Adanya pandemi ini membuat manusia harus beradaptasi. Adaptasi muncul dari suatu keterpaksaan, dari keterpaksaan ini maka kita akan dipaksa untuk bisa, dan lama-kelamaan kita akan menjadi terbiasa atau mahir karena terus-menerus menyesuaikan diri dengan keadaan yang ada. Begitupun dengan pendidikan, pendidikan akan terus-menerus beradaptasi terhadap perkembangan dan kebutuhan jaman serta kondisi yang sedang terjadi.


Penerapan Pendidikan Holistik dalam Pola Belajar Efektif dari Rumah
Selama masa pandemi seperti sekarang ini, pembelajaran dari rumah tidak melulu harus menggunakan pembelajaran secara daring. Bagi siswa dan guru yang tinggal di tempat yang tepat dan fasilitas yang memadai mungkin akan berjalan dengan lancar. Lain halnya dengan mereka yang ada di daerah 3T yang memiliki keterbatasan fasilitas dan pengetahuan yang dimiliki. Pada akhirnya, guru harus berinovasi dengan mencari cara lain untuk dapat melakukan pembelajaran tanpa daring. Guru dapat memaksimalkan apa yang ada di lingkungan sekitar untuk dijadikan sebagai media pembelajaran. Siswa sebaiknya diajak bereksplorasi atau menjelajah alam sekitar daripada selalu berkutat dengan pertanyaan-pertanyaan teoritis.

Sebagai contoh kondisi alam yang ada dapat dijadikan sebagai kelebihan guna penyampaian pembelajaran. Pada materi ekosistem misalnya, ajak anak untuk bereksplorasi ke suatu sungai atau lahan datar kemudian kenalkan apa saja ekosistem di dalamnya. Pada materi makanan sehat, kita dapat mengajak anak untuk memasak dan secara bersama-sama mengulas kandungan gizi dari makanan tersebut. Dengan cara ini, pembelajaran di rumah dirasa lebih efektif, menyenangkan dan tidak membebani siswa karena anak berasa sedang bermain dalam pembelajarannya. Pembelajaran bermakna yang seperti inilah yang akan membuat siswa akan teringat terus tentang konsep pelajaran karena siswa mengalami sendiri prosesnya.

Pola pembelajaran ini sebenarnya hampir sama dengan pendidikan holistik yang diterapkan pada pendidikan usia dini. Pendidikan holistik merupakan suatu metode pendidikan yang membangun manusia secara keseluruhan dan utuh dengan mengembangkan semua potensi manusia yang mencakup potensi sosial-emosi, potensi intelektual, potensi moral atau karakter,kreatifitas, dan spiritual. Tujuannya dalah untuk membentuk siswa yang mampu mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya ,meliputi potensi akademik, potensi fisik, potensi sosial, potensi kreatif, potensi emosi dan potensi spiritual (Ratna M:2005).

Pada pendidikan holistik, pembelajaran dilakukan secara menyenangkan dan didasarkan pada pengalaman yang nyata serta siswa dituntut untuk lebih banyak berinteraksi dengan lingkungannya. Beberapa pendekatan pembelajaran yang dianggap efektif di antaranya adalah pendekatan siswa belajar aktif, pendekatan yang merangsang daya minat anak atau rasa keingintahuan anak, pendekatan belajar bersama dalam kelompok, kurikulum terintegrasi, dan lain-lain (Ratna M:2005).

Pada pendidikan anak usia dini, kurikulum pendidikan lebih ditekankan untuk mengembangkan semua kecerdasan anak, baik psikologis, spiritual, kinestetik, berpikir kreatif, berpikir ilmiah, linguistik, dan sebagainya. Metode pembelajaran dilakukan dengan model bermain sambil belajar yang disebut dengan sentra belajar. Di sentra belajar ini, anak akan mengikuti serangkaian kegiatan seperti sentra bahan alam yang bertujuan agar anak lebih mengenal dan dekat dengan alam, sentra main peran agar anak mengetahui berbagai tugas dan tanggungjawab akan peran yang dimainkan, sentra balok untuk melatih daya kreasi dan kesabaran anak serta sentra yang mengembangkan motorik halus dan kasar anak seperti menggunting, melompat, memasak, dan sebagainya.

(Bermain peran dalam menolong korban banjir)

(Sentra bahan alam, mengenal cara menanam dengan benar)


(Mengenal makhluk hidup)
Sumber : dokumen pribadi

Sebenarnya, cara belajar dengan model sentra belajar, tidak hanya dapat diterapkan pada anak usia dini. Untuk siswa di jenjang lainpun dapat diterapkan. Sebagai contoh, bermain peran dalam membantu korban bencana banjir dapat dilakukan dengan melibatkan anak untuk membantu korban terdampak Covid. Ini akan melatih kepedulian anak terhadap lingkungannya. Esensi mata pelajaran PPKn pun diperoleh dari kegiatan ini. Begitupun juga pada sentra bahan alam dimana anak diajak untuk mengenal tanaman dan hewan. Hal ini dapat dikaitkan dengan mata pelajaran IPA materi klasifikasi tanaman dan hewan atau faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman atau juga unsur hara yang diperlukan tanaman untuk tumbuh.

Pendidikan holistik sangat menekankan pada pendekatan pendidikan yang mengembangkan potensi siswa secara utuh. Pembelajaran tidak hanya mengembangkan cara berpikir teoritis tetapi juga kritis dan kreatif sehingga multiple intelligences siswa berkembang secara maksimal. 
Pembelajaran juga dapat dikaitkan dengan pembentukan suatu karakter tertentu (kerjasama, pantang menyerah, percaya diri, dan lain-lain), dihubungkan dengan budaya masyarakat setempat, alam sekitar dan segi spiritual. Dengan demikian, tidak hanya sisi intelektual siswa saja yang berkembang, tetapi segi emosional dan spiritual siswa juga dapat berkembang. Hingga akhirnya tujuan pembelajaran untuk mengembangkan siswa secara seutuhnya dapat tercapai.

Inilah yang diminta dari proses pembelajaran di rumah yang sebenarnya. Siswa belajar dari hasil pengamatan, eksplorasi dan pengalaman di lingkungan sekitar. Jadi bukan melulu ditekankan pada pembelajaran daring yang tidak semua siswa bisa lakukan. Tinggal bagaimana guru dan orang tua mengemas metode ini agar dapat dilaksanakan secara maksimal dan tujuan pembelajaran tercapai.

Jadi Pada intinya, pembelajaran efektif dari rumah adalah dengan memanfaatkan apa yang ada di lingkungan sekitar untuk proses belajar. Bukan memaksakan sesuatu yang tidak bisa. Pembelajaran haruslah kreatif dan menyenangkan bagi siswa karena belajar sambil bermain atau bereksplorasi dengan lingkungan sekitar jauh lebih bermakna daripada siswa yang harus dihadapkan dengan tugas-tugas teoritik yang ada. Tentunya kolaborasi dengan orang tua juga diperlukan demi kesuksesan pembelajaran ini.




Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

FINALLY,,,DONE

Berawal dari bulan Maret yaitu semenjak pandemi dimulai, dimulai juga menimba ilmu secara online di grup belajar menulis yang diampu oleh om Jay, blogger ternama Nasional. Meskipun WFH dilakukan, kreatifitas dan inovasi harus tetap berjalan. Grup belajar menulis secara online menjadi pilihan. Banyak materi penulisan yang dipaparkan di grup belajar ini. Semuanya dikupas tuntas oleh para penulis ternama Indonesia. Sebut saja Akbar Zainuddin dan Munif Chatib. Siapa sih yang tidak mengenal beliau berdua. Buku karangan beliau menjadi best seller di beberapa toko buku besar. Beliau berdua hanyalah sedikit dari narasumber yang memberi paparan di pelatihan menulis online ini. Masih banyak narasumber yang hebat dan ternama yang bersedia memberikan ilmunya tentang dunia penulisan.  Menimba ilmu dari pakarnya langsung memang berbeda. Bahkan, seseorang yang belum pernah sekalipun menulis, setelah mengikuti pelatihan ini pasti akan terkena virus menulis dan mulai menulis. Awalnya pasti tidak lancar

SECARIK PESAN OM JAY, MENULISLAH !!!

Menulis adalah seni merangkai kata menjadi sebuah kalimat, bagaimana membuat kalimat yang cantik sehingga dapat dilirik pembaca, dan bagaimana tulisan yang dihasilkan berhasil menggugah emosi pembaca. Tidak mudah memang.Menghasilkan suatu karya seni tulisan yang indah butuh banyak pengalaman dan jam terbang yang tinggi. Tetapi ini bukan hal yang tidak mungkin. Jika ada keinginan belajar, maka segalanya akan menjadi mungkin. Dari belajar menulis yang paling sederhana, cerita pribadi kita yang bisa kita tulis sebagai curahan hati, cerita apapun itu, entah itu penting atau tidak, tetap lah ditulis. Belajar dari banyak membaca karya orang lain. Ini penting untuk memperkaya diksi kita, mengenal gaya-gaya tulisan berbagai macam penulis, dan bisa juga sebagai latihan untuk memancing emosi kita. Selanjutnya belajar dari yang benar-benar pakar nya menulis. Ini harus ada penghubung yang bisa memfasilitasi kita untuk belajar dari para pakar menulis yang handal. Om Jay, founder komunitas sejuta

TIPS MEMBUKUKAN HASIL RESUME PELATIHAN

Jika dulu kita mendengar kata webinar atau kulwap, pasti sangat asing di telinga kita. Karena tidak dapat dibayangkan, apa bisa pelatihan/workshop/seminar yang dilakukan secara online baik dari YouTube atau WA? Namun, di tengah pandemi seperti sekarang, dimana kerumunan sangatlah dilarang dan masyarakat masih haus akan keilmuan, pelatihan secara online adalah solusi dari permasalahan ini. Saat ini penyelenggaraan webinar sedang digandrungi oleh banyak pihak. Baik yang pelaksanaannya dilakukan oleh instansi maupun pribadi. Semua berlomba-lomba untuk menawarkan acara webinar dengan seabrek manfaat yang didapat. Entah itu yang pelaksanaannya gratis, maupun yang berbayar. Prospek webinar di masa pandemi ini sedang begitu gemilang.  Banyaknya acara webinar yang diselenggarakan, juga memberikan suatu permasalahan. Apakah kita mengikuti webinar tersebut hanya untuk mengejar sertifikat yang ditawarkan atau benar-benar ingin memperoleh ilmu baru. Sebenarnya dua tujuan ini diperbolehkan selama k