Langsung ke konten utama

LAKUKAN INI JIKA NASKAHMU DITOLAK PENERBIT MAYOR (Based on True Story seorang Blogger dan Penulis Ternama)

Apa yang kita rasakan jika naskah buku yang sudah susah payah kita kerjakan mendapatkan penolakan? terlebih jika yang menolak itu adalah penerbit mayor. Rasa kecewa dan sedih pasti jelas terasa. Apalagi buku tersebut mungkin hasil perjuangan kita berhari-hari tidak kenal lelah untuk menulis. Pasti rasa kecewa yang datang berlipat-lipat. Kalau kata om Jay, sakitnya tuh disini,,lebih baik sakit gigi daripada sakit hati karena ditolak. 

Penolakan oleh penerbit  biasanya tidak hanya berlaku bagi buku dari penulis pemula, terkadang penulis profesional juga mengalaminya. Memang ada beberapa standar kriteria yang dimiliki oleh penerbit mengenai terbit atau tidaknya naskah yang masuk. Jadi, penolakan itu bukan melulu faktor kualitas isi buku yang tidak layak terbit. Masih ada faktor lain yang menjadi bahan pertimbangan oleh penerbit ketika ingin  menerbitkan  sebuah  buku.

Lalu, sebenarnya apa yang harus kita lakukan jika buku kita menjadi salah satu yang ditolak oleh penerbit mayor? Ada beberapa tips yang bisa kita coba ketika naskah kita ditolak. Namun, sebelumnya kita simak dulu kisah seorang bloggers ternama, om Jay yang ternyata juga pernah mengalami penolakan oleh penerbit mayor. 


Nasib naskah buku om Jay yang ditolak
Sedih rasanya bila buku yang kita tulis ditolak oleh penerbit. Om jay sendiri pernah merasakannya. Makan tak enak, tidurpun tak nyenyak. Sakitnya tuh di sini! (sambil mengelus dada) hahaha. Lebih baik sakit gigi daripada sakit hati ini, hihihi.

Namun perlu anda ketahui. Om jay termasuk orang yang pantang menyerah. Ketika naskah buku saya ditolak para penerbit mayor, beliau tidak putus asa. Beliau akan menerimanya dengan lapang dada. 

Berkali kita gagal lekas bangkit dan cari akal. Berkali kita jatuh lekas berdiri jangan mengeluh. Jadilah guru tangguh berhati cahaya. Kegagalan adalah awal dari sukses yang tertunda. Gembirakan dirimu dengan terus belajar kepada orang-orang yang telah sukses menerbitkan bukunya.

Om jay perbaiki tulisannya. Kemudian beliau baca kembali. Beberapa teman yang beliau percaya , diminta untuk memberikan masukan. Hasilnya buku beliau menjadi lebih baik dari sebelumnya dan lebih enak untuk dibaca. Sakit hati ini terasa terobati. 

Ibarat seorang mahasiswa S1 yang skripsinya dipermak habis sama dosen pembimbingnya. Ibarat mahasiswa S2 yang tesisnya ditolak promotornya dan ibarat mahasiswa S3 yang ditolak proposal desertasinya.

Om jay sangat berterima kasih kepada para penerbit yang sudah menolak buku yang beliau susun.  Dengan begitu buku yang beliau susun menjadi layak jual. Coba kalau seandainya naskah buku saya langsung diterima, pasti banyak yang tidak laku karena isinya kurang menarik hati pembaca. Buku om jay terbit tapi tidak banyak pembelinya, karena bukunya tidak menarik hati pembaca.

Om Jay jadi banyak belajar semenjak buku ditolak penerbit mayor. Terus perbaiki sehingga naskah buku menjadi lebih enak dibaca. Butuh waktu lama mengerjakannya. Pantang menyerah dan belajar dari penolakan adalah kuncinya. Beliau pergi ke toko buku dan membaca buku-buku best seller. Dari sanalah beliau akhirnya tahu rahasia buku mereka laris dibaca pembaca.

Saat itu semakin menggebu-gebu semangatnya. Ibarat perahu yang sudah berlayar tentu pantang untuk kembali ke pelabuhan. Jalan terus sampai tujuan walaupun akan banyak ombak besar menghadang. Tidak ada nahkoda ulung yang tidak melalui lautan yang berombak ganas. Justru disitulah keahliannya teruji.

Ketika bukumu ditolak penerbit, teruslah menulis dan jangan berhenti menulis. Ketika engkau terus menulis, maka tulisanmu akan semakin tajam dan nendang. Pasti tulisanmu akan layak jual. Pasti tulisanmu akan banyak dibaca orang. kucinya satu mau belajar dan pantang menyerah.

Perbaiki dan terus perbaiki sehingga penerbit mayor mau menerbitkan bukumu tanpa kamu keluar uang satu senpun. Kamupun tersenyum ketika royalti bukumu mencapai angka yang fantastis. Puluhan bahkan ratusan juta rupiah kamu dapatkan bila bukumu laku keras. Seperti royalty buku yang kami terima saat ini.
(sumber :https://www.kompasiana.com/wijayalabs/5e3d398dd541df37136d9dc2/ketika-bukumu-ditolak-penerbit)


Langkah yang dilakukan menghadapi penolakan
Dari kisah om Jay diatas, kita dapat mengambil beberapa kesimpulan dari beliau. Ketika bukumu ditolak, segeralah bangkit dari kekecewaan. Jangan terlalu lama mengurung diri dari rasa putus asa dan menyerah. Banyaklah belajar dari kisah penulis lain yang naskah bukunya berkali-kali ditolak, namun akhirnya terbit juga dengan royalti yang sangat fantastis. 

Setelah bangkit, segeralah lakukan perbaikan terhadap naskah kita sesuai dengan kriteria atau standar yang diinginkan oleh penerbit mayor. Lalu mintalah beberapa orang teman atau ahli untuk membaca naskah editanmu. Mintalah kepada mereka saran /masukan mengenai apa saja kekurangan yang harus diperbaiki dan apa saja bahasan yang perlu ditambahkan ke dalam naskah tulisan kita. Dengan begitu, naskah kita akan semakin kaya dan lengkap serta lebih enak ketika dibaca. 

Jika perlu, lakukan survei pasar kecil-kecilan. Seringlah datang ke toko buku untuk melihat buku-buku best seller yang dijual di sana. Baca dan cermati isi buku best seller tersebut, dan temukan apa yang menjadi pembeda antara buku best seller itu dengan buku lain non best seller dengan topik yang sama. Inilah yang dinamakan keunikan atau keunggulan buku. Penerbit akan suka menerima naskah buku yang mempunyai keunikan tersendiri dibanding buku lain yang sejenis. Hal ini karena, buku-buku jenis ini akan menjadi magnet yang dapat menarik pembeli untuk membeli buku kita. 

Berikutnya, sesuaikan naskah buku kita dengan standar dan genre buku yang banyak diterbitkan oleh penerbit. Biasanya penerbit akan memiliki standar tersendiri terhadap naskah bukunya. Genre buku yang diterbitkan pun terkadang sudah ditentukan. Misal Mizan grup yang sering menerbitkan buku-buku pemikiran Islam, Gramedia banyak menerbitkan buku motivasi dan beberapa buku pelajaran, atau juga penerbit Andi yang juga menerbitkan buku pelajaran, buku motivasi dan buku anak. Dengan kita menyesuaikan isi buku dengan standar penerbit, maka semakin dekat langkah kita untuk terbitnya buku kita. 

Saya juga akan menyisipkan sedikit informasi dari pak Akbar Zainuddin, penulis buku best seller Man Jadda Wa Jadda,b ada beberapa pertimbangan penerbit menerima buku kita, yaitu sebagai berikut:
  1. Kebutuhan pasar pembaca akan buku yang ditulis. Kira-kira laku berapa buku ini? Penerbit biasanya lebih jeli melihat kebutuhan pasar terhadap sebuah bacaan atau buku tertentu. Kita juga bisa melihat kebutuhan pasar terhadap buku yang akan kita tulis. 
  2. Keunikan dan keunggulan buku. Apa keunikan dan keunggulan buku yang kita tulis. Cobalah tanya kepada diri sendiri, dibandingkan dengan buku-buku sejenis, apa yang menjadi keunikan dan keunggulan buku kita. Kalau belum ada atau belum ketemu, harus ada dulu. 
  3. Upaya yang dilakukan penulis dalam membantu promosi buku. Promosi dan distribusi memang tugas penerbit. Tetapi kalau penulis membantu promosi, akan menjadi pertimbangan dari penerbit. 
  4. Tren atau peristiwa aktual. Ada beberapa buku yang biasanya terbit mengiringi sebuah peristiwa. Misalnya, saat berpulangnya Ust. Jefri Al-Bukhori (UJE), banyak buku  tenang UJE yang terbit. Saat Piala Dunia berlangsung, banyak buku terkait bola yang juga terbit. Demikian juga saat puasa Ramadan, banyak buku terkait puasa yang terbit. Buku-buku tersebut memang bersifat musiman, namun jika dilihat dari sisi komersial, karena penggemar dan pembacanya cukup banyak, maka buku tersebut cukup laku di pasaran.
  5. Tingkat keterkenalan penulis. Tingkat popularitas penulis juga menjadi pertimbangan penerbit. Penulis yang cukup terkenal karena banyak penggemar dan follower menjadi pertimbangan penerbit. Kalau kita belum terkenal bagaimana? Tidak perlu berkecil hati, mereka yang sudah terkenal dulunya juga tidak terkenal. Kita tinggal serius menyiapkan buku kita secara baik sehingga isinya bisa diterima masyarakat. Selebihnya, tinggal masyarakat yang akan menilai.  
  6. Tingkat penjualan buku sebelumnya. Jika kita sudah pernah menerbitkan buku, tingkat penjualan buku sebelumnya akan menjadi pertimbangan penerbit. Jika penjualan buku kita bagus, maka penerbitan buku selanjutnya akan jauh lebih mudah.
Namun pada intinya, sikap pantang menyerah dan mau belajar menjadi kunci utama agar naskah buku kita berhasil terbit di penerbit mayor. Jika ditolak, segera bangkit, perbaiki dengan tulis dan tulis terus setiap hari. Jika kita sering menulis, maka tulisan kita akan semakin bagus. Sehingga tidak lagi kita yang mencari penerbit, melainkan penerbit yang akan datang sendiri kepada kita. 

Komentar

  1. Ibu Nani yang selalu kaya referensi... inspiratif..
    https://wijiindayat.blogspot.com/2020/05/belajar-belajar-belajar-menulis-setiap.html

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

FINALLY,,,DONE

Berawal dari bulan Maret yaitu semenjak pandemi dimulai, dimulai juga menimba ilmu secara online di grup belajar menulis yang diampu oleh om Jay, blogger ternama Nasional. Meskipun WFH dilakukan, kreatifitas dan inovasi harus tetap berjalan. Grup belajar menulis secara online menjadi pilihan. Banyak materi penulisan yang dipaparkan di grup belajar ini. Semuanya dikupas tuntas oleh para penulis ternama Indonesia. Sebut saja Akbar Zainuddin dan Munif Chatib. Siapa sih yang tidak mengenal beliau berdua. Buku karangan beliau menjadi best seller di beberapa toko buku besar. Beliau berdua hanyalah sedikit dari narasumber yang memberi paparan di pelatihan menulis online ini. Masih banyak narasumber yang hebat dan ternama yang bersedia memberikan ilmunya tentang dunia penulisan.  Menimba ilmu dari pakarnya langsung memang berbeda. Bahkan, seseorang yang belum pernah sekalipun menulis, setelah mengikuti pelatihan ini pasti akan terkena virus menulis dan mulai menulis. Awalnya pasti tidak lancar

SECARIK PESAN OM JAY, MENULISLAH !!!

Menulis adalah seni merangkai kata menjadi sebuah kalimat, bagaimana membuat kalimat yang cantik sehingga dapat dilirik pembaca, dan bagaimana tulisan yang dihasilkan berhasil menggugah emosi pembaca. Tidak mudah memang.Menghasilkan suatu karya seni tulisan yang indah butuh banyak pengalaman dan jam terbang yang tinggi. Tetapi ini bukan hal yang tidak mungkin. Jika ada keinginan belajar, maka segalanya akan menjadi mungkin. Dari belajar menulis yang paling sederhana, cerita pribadi kita yang bisa kita tulis sebagai curahan hati, cerita apapun itu, entah itu penting atau tidak, tetap lah ditulis. Belajar dari banyak membaca karya orang lain. Ini penting untuk memperkaya diksi kita, mengenal gaya-gaya tulisan berbagai macam penulis, dan bisa juga sebagai latihan untuk memancing emosi kita. Selanjutnya belajar dari yang benar-benar pakar nya menulis. Ini harus ada penghubung yang bisa memfasilitasi kita untuk belajar dari para pakar menulis yang handal. Om Jay, founder komunitas sejuta

TIPS MEMBUKUKAN HASIL RESUME PELATIHAN

Jika dulu kita mendengar kata webinar atau kulwap, pasti sangat asing di telinga kita. Karena tidak dapat dibayangkan, apa bisa pelatihan/workshop/seminar yang dilakukan secara online baik dari YouTube atau WA? Namun, di tengah pandemi seperti sekarang, dimana kerumunan sangatlah dilarang dan masyarakat masih haus akan keilmuan, pelatihan secara online adalah solusi dari permasalahan ini. Saat ini penyelenggaraan webinar sedang digandrungi oleh banyak pihak. Baik yang pelaksanaannya dilakukan oleh instansi maupun pribadi. Semua berlomba-lomba untuk menawarkan acara webinar dengan seabrek manfaat yang didapat. Entah itu yang pelaksanaannya gratis, maupun yang berbayar. Prospek webinar di masa pandemi ini sedang begitu gemilang.  Banyaknya acara webinar yang diselenggarakan, juga memberikan suatu permasalahan. Apakah kita mengikuti webinar tersebut hanya untuk mengejar sertifikat yang ditawarkan atau benar-benar ingin memperoleh ilmu baru. Sebenarnya dua tujuan ini diperbolehkan selama k