Setiap orang memiliki hambatan menulis yang berbeda-beda. Ada hambatan yang disebabkan kesulitan mengalirkan gagasan, ada juga karena faktor mood, ada pula yang disebabkan karena faktor penguasaan bahasa serta keterampilan menulis. Persoalan lainnya, kita kekurangan bahan untuk menunjang penyelesaian tulisan kita. Hal lain yang juga kerap terjadi, saat menulis, kita menempatkan diri dalam 2 peran sekaligus sebagai penulis juga editor. Saat menulis, lalu diedit, kita berhenti. Balik lagi ke awal. Terus terjadi seperti itu. Alhasil gagasan kita lewat tulisan tak selesai-selesai. Namun pada hakikatnya, setiap diri kita dapat menulis jika konsisten mau belajar. Hal yang paling mudah ditulis adalah sesuatu yang dekat dengan diri kita. Begitu kata pak Asep Sapa'at.
Pengalaman pak Asep sebelum beliau dapat mempublikasikan tulisan di media masa, beliau belajar menulis di buku harian. Menulis di buku harian adalah cara ampuh untuk membangun kepercayaan diri untuk menuangkan gagasan. Hal ini karena gagasan adalah sumber utama lahirnya tulisan dan karena gagasan inilah menjadi sebab seseorang tidak dapat mulai menulis.
Berdasarkan kajian salah satu guru menulis beliau, Mas Bambang Trimansyah, sifat tulisan terbagi ke dalam 4 sifat, yaitu:
1. Pribadi tertutup, yakni tulisan bersifat sangat pribadi dan cenderung dirahasiakan agar tidak dibaca atau terbaca oleh orang lain. Tulisan ini biasanya berupa diari, surat-surat pribadi, ataupun catatan-catatan rahasia.
2. Pribadi terbuka, yakni tulisan bersifat pribadi ataupun sangat pribadi, tetapi dibiarkan ataupun disengaja untuk dibaca orang lain. Tulisan semacam ini muncul akibat perkembangan teknologi informasi, terutama di dunia internet. Tulisan-tulisan di blog, situs, ataupun media sosial cenderung banyak yang bersifat pribadi, subjektif, dan kadang malah dibuat sesuka hati.
3. Publik terbatas, yakni tulisan yang ditujukan untuk konsumsi orang banyak, tetapi dalam lingkup terbatas, misalnya lingkup komunitas, lingkup keagamaan, ataupun lingkup sesama teman yang saling kenal.
4. Publik terbuka, yakni tulisan yang ditujukan untuk konsumsi orang banyak secara terbuka dan luas meskipun menyasar pada segmen pembaca tertentu. Tulisan ini bebas dibaca siapa pun yang berminat.
Sifat tulisan menentukan untuk siapa tulisan tersebut kita tujukan. Jika sifat tulisan termasuk kategori sifat pertama, maka penulis sendiri yang membaca dan menikmatinya. Namun, jika tulisan tersebut termasuk sifat ke 2,3 dan 4, maka tulisan tersebut ditujukan untuk publik sehingga penulis perlu menimbang tujuan penulisan dan pembaca sasaran.
Menurut pak Asep, Opini merupakan jenis tulisan nonfiksi, ranah jurnalistik, dan sifat tulisannya publik terbuka. Sebelum bicara lebih teknis untuk membuat tulisan, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan agar tulisan kita memiliki ruh atau jiwanya. Menurut Mas Fauzil Adhim, ada 6 aspek yang harus dikembangkan agar tulisan kita memiliki jiwa.
Menggagas artinya Berpikir dan Merencanakan. Kegiatannya meliputi :
1. Mengumpulkan bahan referensi
2. Menentuian pembaca sasaran
3. Mengembangkan ide menjadi kerangka
Menyusun draf. Kegiatan di dalamnya meliputi :
1. Menulis bebas
2. Memasukkan bahan yang relevan dengan pengalaman diri, pengalaman orang lain, latar belakang ilmu dan pengetahuan yang dimiliki
3. Memasukkan data dan fakta
4. Mengembangkan gaya penulisan yang tepat sesuai pembaca sasaran
Menyunting berarti Memastikan Tidak Ada Kesalahan
Memperbaiki tulisan dari aspek tata bahasa, ketelitian data dan fakta, kesantunan. Tak boleh ada kesalahan elementer.
Menerbitkan
Menentukan publikasi tulisan pada media yang tepat serta pembaca yang tepat. Bapak Ibu dapat memilih media daring atau media cetak.
Lebih lanjut, pak Asep menjelaskan bahwa Di luar teknis menulis yang disampaikan di atas, faktor nonteknis seperti disiplin menulis, tak pantang menyerah mengirimkan tulisan ke media meski sering ditolak dan tak dimuat, juga tak berhenti belajar meningkatkan keterampilan menulis, juga akan mempengaruhi tertulisnya suatu opini.
Mempunyai jalinan silaturahim dengan para redaktur di media masa juga termasuk ke dalam faktor non teknis. Melalui cara ini, kita akan mendapatkan informasi dan masukan dari para redaktur agar kualitas tulisan kita menjadi lebih baik dan potensial dimuat di media cetak.
Hal ini juga dialami oleh Pak Asep dimana jauh sebelum tulisan beliau dimuat di rubrik opini dan Hikmah Republika, sejak tahun 2007 beliau konsisten menulis di Republika Online. Dari pengalaman ini, maka tim redaktur akan mengetahui tipe dan gaya penulisan beliau. Beliau juga akan semakin paham jenis tulisan seperti apa yang sebenarnya dapat dimuat di Republika online. Dengan begitu, dapat dijadikan bekal bagi beliau untuk menulis yang lebih baik agar dapat dimuat di media cetak.
Kriteria Tulisan Opini Layak Muat
Isi tulisan opini yang biasanya dipertimbangkan agar dapat dimuat di media cetak adalah tulisan yang mengulas momentum yg akan terjadi beberapa hari ke depan, misalnya, 6 hari lagi merupakan momen Hari Kebangkitan Nasional. Nah, dari sekarang kita sudah mulai menyiapkan bahan gagasan, tentukan ide yang akan ditulis, dan mulai menulis dari ide yang kita buat tadi. Tentu kesemuanya itu berkaitan dengan momen yang akan terjadi beberapa hari ke depan. Selanjutnya, kita kirimkan tulisan tersebut paling lambat sehari sebelum tanggal 20 Mei.
Berikutnya, beliau menjelaskan bahwa ada beberapa syarat yang menjadikan diterima atau tidaknya suatu tulisan di rubrik opini yaitu ide tulisan haruslah orisinal dan menarik, aktual dengan situasi kekinian masyarakat, data dan fakta yang disajikan sahih, tulisan ditulis dengan tata bahasa yang baik, dan yang terpenting adalah tulisan sesuai dengan kriteria dari redaktur media cetak. Setiap media cetak mempunyai kebijakan sendiri terkait standar tulisan yang akan mereka terima. Misal, tulisan Hikmah Republika tak ada di media cetak lain. Rubrik Hikmah khas punya Republika. Jadi, kita harus pelajari secara cermat rubrik-rubrik yang ada di setiap media cetak agar kita bisa tepat memilih media mana untuk menerbitkam tulisan kita.
Disamping itu, pengalaman pribadi penulis juga dapat menjadi acuan untuk menulis sebuah opini. Dengan penulis menuliskan pengalaman pribadi, maka akan ada emosi di setiap kata yang tertuliskan. Ruh dan jiwa penulis akan menjadi satu dengan tulisan tersebut karena semuanya pernah penulis alami. Tulisan akan mengalir dengan alami dan tiada henti.
Untuk memulai sebuah tulisan, pak Asep menjelaskan bahwa ada beberapa pendekatan saat menulis. Ada yang langsung menetapkan judul, lalu membuat tulisan. Tetapi ada juga yang sebaliknya, membuat tulisan dulu untuk menguraikan idenya, sedangkan penentuan judul bagian terakhir. Penulis biasanya lebih menyukai pendekatan yang kedua. Membiarkan idenya mengalir menjadi sebuah tulisan untuk kemudian ditentukan sebuah judul yang cocok dengan tulisan tersebut.
Pada intinya menulis opini sama dengan menulis pada umumnya. Berawal dari sebuah gagasan yang orisinal dan menarik untuk dikembangkan menjadi sebuah tulisan. Hanya yang membedakan adalah momen yang ditangkap. Tulisan opini akan lebih menarik bagi redaktur media cetak jika isinya pas dengan momentum yang akan atau sedang terjadi. Karena pada dasarnya tulisan di sebuah opini haruslah memenuhi kebutuhan masyarakat pada saat itu.
mantul
BalasHapusKeren
BalasHapusLuar biasa
BalasHapusKeren Bu N
BalasHapusKeren dan kreatif.
BalasHapus