Membaca buku sama halnya untuk berbicara dengan orang-orang bijak di masa
lalu
(Decrates)
Setiap manusia ingin dikenang dan dikenal melalui sejarah. Itulah mengapa
kita memerlukan sarana untuk mencatatkan diri kita dalam sejarah. Caranya yaitu
dengan menerbitkan buku. Menerbitkan buku adalah cara kita untuk menorehkan
segala perasaan dan pikiran kita akan sesuatu
ke dalam sebuah tulisan yang dibukukan. Permasalahan utamanya adalah tujuan
akhir kita terletak pada menerbitkan buku atau membuat buku. Karena dua hal ini
terlihat sama, namun berbeda esensinya.
Membuat buku dapat dilakukan oleh semua
orang, tetapi tidak semua orang dapat menerbitkan buku. Memang, sekarang ini
banyak cara untuk menerbitkan buku secara mandiri dan lebih mudah tentunya,
namun untuk menerbitkan buku di penerbit besar yang berskala nasional, tidak
semua orang dapat melakukannya. Hanya karya tulisan terbaiklah yang dapat
dilirik oleh penerbit-penerbit besar berskala nasional. Namun, jangan jadikan
ini sebagai target utama dalam menulis, tetapi jadikanlah sebagai tantangan dalam menulis. Yang paling utama kita
pikirkan adalah bagaimana cara kita melatih diri untuk terus menulis dan
menuangkan pikiran kita secara apik agar nantinya penerbit akan dengan
sendirinya melirik tulisan kita.
Bagi seorang penulis, yang tepenting adalah hadirnya pembaca, dan pembaca
ini tidak selalu dalam bentuk pembaca buku. Banyak media tempat kita menuangkan
tulisan, seperti media sosial, blog, media cetak dan lain sebagainya. Gunakan
media ini sebagai sarana kita menuangkan segala bentuk pikiran dan perasaan
kita terhadap suatu hal. Jika tulisan kita bagus, dibutuhkan dan dapat menjawab
segala permasalahan yang sedang dihadapi sekarang, maka penerbit akan menyambut
kita dengan tangan terbuka untuk menerbitkan karya-karya kita.
Lalu bagaimana caranya ?
Menurut Ibu Farrah Dina, seorang founder tangga edu, sebuah yayasan pendidikan, ada kiat praktis yang dapat digunakan untuk mengasah skill penulisan kita hingga
akhirnya diterbitkan. Semuanya dijelaskan melalui jurus 4R (Renjana, Rutin,
Review dan Ruang Pembaca)
Renjana
Renjana berarti pashion. Yang berarti sesuatu yang menarik perhatian kita,
menjadi pemikiran kita, dan apabila kita melakukannya, kita akan merasa mudah
dan nyaman. Pashion ini sangat penting dalam mengawali sebuah tulisan dimana
pada awal kita menulis haruslah dimulai dari menulis sesuatu yang kita kuasai
terlebih dahulu. Mengapa demikian?
Menurut bu Farrah Dina, Jika kita menulis suatu hal yang dikuasai,
maka kata-kata yang kita tuliskan akan mengalir dengan sendirinya. Segala
bentuk pemikiran kita akan dengan mudah tercurah dalam bentuk kata-kata. Lain
halnya jika kita menulis sesuatu yang bukan bidang kita. Kebanyakan yang
terjadi adalah proses penulisan tadi akan mengalami hambatan di tengah penulisan
bahkan ada yang sampai tidak dilanjutkan sama sekali. Akhirnya tidak satupun
buku teks yang dihasilkan.
Namun, jika kita dipusingkan dengan pashion akan suatu genre tulisan, ada baiknya jika kita menuliskan sesuatu yang kita
anggap mudah terlebih dahulu. Beliau mencontohkan jika kita suka makan, kita dapat
menuliskan tentang review sebuah makanan, atau jika kita suka jalan-jalan, kita
juga dapat menuliskan tentang kisah perjalanan kita, dan lain sebagainya. Hal ini akan
lebih mudah tertuang dalam tulisan karena berawal dari kesukaan kita
akan sesuatu.
Rutin
Rutin disini bukan hanya rutin dalam menulis tetapi rutin membaca.
Mengapa? Menurut beliau, Jika kita rutin membaca, maka
kita akan mendapatkan kosa kata baru lewat buku yang kita baca. Kosa kata ini
akan sangat diperlukan untuk memperindah isi dari tulisan kita. Melalui rutin
membaca, kita juga akan memperoleh ide-ide baru. Kita dapat mengembangkan ide
tulisan tersebut menjadi sebuah tulisan yang bagus dan bermanfaat.
Lebih lanjut, beliau menjelaskan bahwa sebuah ide tidak hanya berawal dari rutinitas membaca. Ketika kita sedang
melakukan perjalanan ataupun kegiatan lain, jika ada sesuatu yang menarik bagi
kita, kita dapat merekam momen tersebut untuk dijadikan sebuah ide tulisan.
Orang yang memendam akan kalah dengan orang yang mengungkapkan. Orang
yang menunggu akan kalah dengan orang yang melakukan
Buatlah beberapa konsep dari ide-ide tersebut. Konsep yang dibuat tidak
perlu dijelaskan secara detail, cukup tuliskan poin-poin pentingnya saja. Pengembangan
konsep menjadi sebuah karya tulisan dapat kita lakukan pada waktu dan tempat
yang khusus untuk kegiatan menulis.
Para penulis juga harus menentukan waktu khusus dalam menulis. Gunakan
waktu yang dipilih untuk menuangkan segala ide yang sudah kita himpun ke dalam
sebuah karya tulisan. Namun, jangan sampai waktu yang kita pilih menganggu
waktu kita melakukan kegiatan utama seperti pada saat harus mendampingi anak.
Pilihlah waktu yang membuat kita paling nyaman agar tulisan dapat tertuang
dengan mudah. Jika sudah memutuskan waktu yang tepat, jangan lupa buat komitmen
untuk terus menggunakan waktu tersebut untuk kegiatan menulis.
Review
Pada saat kita mempunyai sebuah ide dan beberapa konsep detail dari ide
tersebut, buatlah tulisan dari konsep tersebut. Lakukan kegiatan menulis ini
hingga selesai. Abaikan segala bentuk tata aturan yang ada, penokohan, alur
cerita (jika dalam bentuk fiksi), diksi atau pemilihan kata, atau apapun itu. Setelah
semua konsep yang kita tulis berkembang menjadi sebuah tulisan yang panjang,
barulah kita melakukan review dari tulisan kita. Review ini berguna untuk
meminimalisir kesalahan pada tulisan kita. Kegiatan mereview juga sama halnya
dengan melakukan editing tulisan.
Sesuaikan tulisan dengan tata aturan berlaku.
Isi tulisan juga harus sesuai dengan genre buku yang dipilih. Jika buku non
fiksi, lihat kembali alur berpikir dari tulisan tersebut, namun jika buku itu
termasuk buku fiksi, lihatlah pada bagian penokohan, alur peristiwa, dan lain
sebagainya. Menurut bu Farrah, seringkali, karena adanya kegiatan review ini, naskah final kita
akan sangat berbeda dengan naskah awal yang sudah kita buat. Kekuatannya ada di
kegiatan review ini. Melalui kegiatan review ini, kita juga dapat menentukan
target pembaca kita.
Ruang bagi pembaca
Berikutnya menurut bu Farrah, ketika melakukan kegiatan review, jangan jadikan review dari penulis
adalah sesauatu yang cukup. Tapi lakukanlah review ke target pasar yang akan
kita tuju. Karena tujuan kita menulis adalah untuk dibaca, maka kita perlu
mendengar pendapat dari pembaca juga.
Beliau mencontohkan ketika kita ingin membuat buku
anak-anak, lakukanlah review awalan kepada anak-anak. Berikan contoh naskah
kita kepada si anak, minta dia membacanya, kemudian tanyakan kepada pembaca (si
anak tadi) tentang apa saja yang harus diperbaiki, apa yang menurut pembaca
tidak sukai, atau apa yang bagi mereka sulit dan kurang menarik.Inilah tujuan
adanya ruang bagi pembaca yaitu untuk mencari kekurangan buku sebelum buku
tersebut diajukan ke sebuah penerbit.
Dengan adanya feedback negatif dari para
si pembaca awal, maka kita akan memperbaiki naskah tulisan kita sehingga
tulisan kita akan jauh lebih baik dan layak muat. Disamping itu, pentingnya
ruang bagi pembaca karena dari segi pembaca sendiri mempunyai pola pikir dan
penangkapan yang tidak sama dengan penulis. Maka dengan adanya ruang bagi
pembaca ini, akan menjembatani antara
keinginan dari si pembaca dan penulis itu sendiri. Karena seorang penulis akan
sangat bergantung dengan hadirnya pembaca, dan pembaca sendiri sangat
membutuhkan penulis-penulis buku yang handal untuk memenuhi segala
kebutuhannya.
Namun, harus tetap diperhatikan bahwa kita menulis tidak melulu
hanya untuk memenuhi keinginan pembaca, kita melakukannya karena memang senang
dengan dunia tulis menulis dan bahagia melakukannya.
Pada intinya, kegiatan menulis ini akan selalu melibatkan banyak hal.
Namun, jangan jadikan itu sebagai beban dalam menulis. Lakukan kegiatan menulis
dengan santai tanpa berpikir akan aturan atau syarat tertentu. Jika kita terus
menerus menulis, maka akan ada suatu waktu dimana kita akan menemukan pembaca
setia kita, dan akhirnya dari tulisan tersebut akan terbit sebuah buku yang
bermakna.
Menulislah utk dibaca diri swndiri dan dibagikan keoada orang lain. Kalau kelak menjadi buku baru akan menjadi catatan sejarah dalam menulis.
BalasHapusmenulis dan menulis hingga menulis menjadi gaya hidup
BalasHapusMenulislah dan tinggalkan sejarah
BalasHapusLuar biasa
BalasHapusGood... Saya belajar dari anda semua
BalasHapusMantap resumenya. Menulis untuk keabadian kata Pramudya Ananta tor
BalasHapushemm...mengagumkan bu nora tulisan-tulisannya
BalasHapusSippp... Mantap..
BalasHapusKeren pool Bu norSrlamat
BalasHapusAlhamdulillah, selama, teruslah berkarya hingga mencatat sejarah
BalasHapusAku menginginkannya
BalasHapusTop Marjotoopp
BalasHapusmantap
BalasHapusMantap, selamat mendapat hadih karena tulisannya menginspirasi
BalasHapusBarakallah, nderek bingah njih tulisannya dapat apresiasi dari Omjay dan penerbit Andi
BalasHapusOk lanjutkn..siipp
BalasHapusLuar biasa resumenya Bu. Saya mesti banyak belajar lagi dari ibu
BalasHapus