Lelaki itu
Namaku Lisa. Aku seorang gadis berperawakan kecil dengan tinggi sekitar 150 cm, berkulit kuning Langsat khas orang Indonesia, berwajah lonjong, dan memakai jilbab. Meskipun aku seorang gadis kecil, tetapi aku seorang gadis yang aktif. Tidak mudah bagiku hanya duduk diam tanpa melakukan aktivitas apapun. Itu yang membuatku mengikuti banyak kegiatan saat masih duduk di bangku kuliah. Tidak hanya sekedar mengikuti kuliah saja tetapi banyak kegiatan non kuliah yang aku ikuti. Dari sini pula aku memiliki banyak teman. Entah itu dari fakultas yang sama atau berbeda fakultas.
Saat ini aku sedang berteman baik dengan seorang laki-laki. Ferdi namanya. Aku mengenalnya saat kami satu kepanitiaan dalam sebuah kegiatan kemahasiswaan di Fakultas kami. Anaknya baik, asyik, humoris dan supel. Ferdi juga seorang anak pecinta alam. Hobinya mendaki gunung, ikut rapling, dan kegiatan outdoor lainnya. Berbeda jauh denganku yang tidak suka kegiatan fisik. Melelahkan pikirku. Tapi, kami nyambung satu sama lain. Itu yang membuatku nyaman berteman dengannya.
Hubungan kami memang hanya sebatas teman akrab. Ferdi sendiri sudah punya kekasih. Sementara aku, baru putus beberapa waktu lalu. Jarak jauh beda provinsi yang membuat kami memutuskan untuk mengakhiri hubungan itu. Sulit memang karena aku dekat dengannya sejak awal kuliah. Tapi mau tidak mau itupun harus terjadi.
Selain dengan Ferdi, aku juga akrab dengan teman-teman Ferdi. Beni, Yudi, dan Tito adalah teman-teman akrab Ferdi. Anak laki-laki semua memang, tetapi mereka semua baik denganku. Sebenarnya, aku, Beni dan Yudi sudah saling kenal dan akrab. Itu karena kami berada dalam satu organisasi kemahasiswaan di jurusan kami. Sementara Tito sendiri juga sering terlibat dalam kegiatan-kegiatan jurusan. Jadi, mudah sekali akrab dengan mereka karena kami semua bisa dibilang seorang aktivis kampus.
Beberapa bulan berlalu. Hubunganku dan Ferdi tidak seintens waktu sebelumnya. Kami terlalu sibuk dengan kegiatan kami masing-masing. Aku disibukkan dengan persiapan kegiatan KKN di kampus kami. Sementara dia sendiri masih berkutat dengan tugas-tugas kuliah dan kegiatan akhir organisasinya. Praktis, kami jarang nongkrong bareng lagi.
Hingga suatu waktu aku tidak melihat dia beberapa hari di kampus. Gedung kuliah kami memang berdekatan dan beberapa jadwal kuliah kami kadang berbarengan. Sehingga terkadang aku berpapasan dengannya sesekali. Namun, sudah hampir 1 minggu aku tidak melihatnya di kampus. Usut punya usut, ternyata dia sedang sakit. Tito yang mengatakan itu padaku. Sakit apa hingga dia harus absen dari perkuliahan selama seminggu? begitu pikirku.
Karena penasaran, aku coba menghubunginya. Aku kirim pesan teks ke handphone nya. Agak lama dia membalas. Pikirku, mungkin dia sedang istirahat. Aku kembali melanjutkan kegiatanku. Menjelang siang, handphoneku berdering. Nomor yang tidak aku kenal ada di seberang sana. Kuangkat telepon tersebut. Ternyata Ferdi yang menelepon dengan menggunakan nomor ayahnya. Dia sedang kehabisan pulsa. Tidak sempat mengurus handphone selama terbaring sakit.
"Assalamualaikum,,ini siapa ya?" tanyaku
"Waalaikumsalam,,,ini Ferdi, Lis,," jawab seseorang di seberang sana
"Ya Allah,,apa kabar kamu Fer? lama gak kelihatan di kampus. Kata anak-anak kamu sakit ya? bisa sakit juga ya kamu? hehe.."jawabku seraya bercanda
"iya nih Lis,,kena tipus gue.." jawabnya
"tipus??? berarti kamu ini dirawat di rumah sakit ya?rumah sakit mana?kamar nomor berapa? terus kamu ini keadaannya gimana?" tanyaku nyerocos
"hei,,,sabar non..tanyanya jangan maratonan gitu donk. Gue rawat jalan kok soalnya kata dokter belum terlalu parah tipusnya. jadi masih dibolehin dirawat di rumah. Dan Alhamdulillah ini gue sudah mendingan kondisinya. Tinggal pemulihan saja" Jawab Ferdi
"hehe .. ya maap Fer. Abis aku heran, kamu bukan anak kos kaya aku. Makan tinggal makan, ontime pula, tapi kok bisa sampai kena tipus itu bagaimana ceritanya coba? " tanyaku penasaran.
"Yeeee... emang harus anak kosan ya yang kena tipus? gue juga bisa kali.Gara-gara habis putus cinta nih..hahaha..." timpal Ferdi
"alah...boong kamu,,orang sama si doi lengket kaya perangko gitu kok bisa putus " kelakarku
" beneran ya Lis,,aku baru putus nih. Mana diputusin nya lewat handphone lagi. Kasihan ya aku..hikz.." jawab Ferdi
"eh..eh.. jadi ini gak bercanda ya? " tanyaku
Setelah itu, Ferdi cerita panjang lebar tentang kabar yang barusan aku dengar tadi. Kasihan juga mendengar ceritanya. Tapi dalam hati, aku juga merasa senang karena cowok yang selama ini aku taksir, jomblo juga akhirnya. hehe...
Tak terasa sore haripun tiba. Ngobrol melalui handphone dengannya pun tak terasa lama karena jujur aku kangen bercanda dengan dia. Banyak hal yang kita obrolin karena sudah lama kita tidak seperti ini. Kesibukan masing-masing dan sakitnya membuat kita memang jarang ketemu. Namun, di tengah keseruan perbincangan kami, akupun terpaksa harus menutup telepon. Ada kegiatan kampus yang harus aku ikuti. Persiapan penerimaan mahasiswa baru akan segera terlaksana. Itu membuatku dan teman-teman di BEM sibuk mempersiapkan segala sesuatunya. Ferdi pun mengerti karena dia tahu aku memang aktivis kampus. Perbincangan panjang itupun akhirnya selesai. Rinduku sudah terobati. Rasa penasaranku pun juga sudah terjawab. Senang rasanya bisa menghabiskan siang hariku bersamanya. Apalagi ada bonus kabar kalau dia sekarang jomblo. Nano nano rasanya..Senang karena celah mulai terbuka lebar, tapi sedih karena dia juga agak sedih dengan keputusan itu. Ah,yang terpenting sekarang, semoga saja dia bisa segera pulih lagi dan bisa segera nongkrong-nongkrong lagi bareng aku dan teman se gengnya.
Bersambung
Sip. Enak bacanya.
BalasHapus