Langsung ke konten utama

TERAMPIL MENULIS BUKU MELALUI RESUME PELATIHAN

Bagi sebagian orang, menulis adalah suatu momok. Sulit rasanya untuk merangkai sebuah kata menjadi kalimat dalam sebuah tulisan. Padahal, menulis dan berbicara tak ada bedanya. Hanya saja ketika kita berbicara, kita tidak perlu mempersalahkan mengenai EYD, struktur kalimat, diksi, dan lain sebagainya. Maka dari itu, berbicara akan jauh lebih mudah rasanya dibandingkan menulis. 

Namun, jika dilihat lebih dalam lagi, ketika awal kita menulis, kita dapat mengabaikan masalah diksi, EYD, struktur kalimat dan sebagainya. Tulis saja apa yang ada dalam pikiran kita hingga selesai. Selanjutnya, baca berulang-ulang tulisan yang telah kita buat. Proses ini akan membantu kita untuk mengetahui letak kesalahan dalam tulisan kita. Jika dari awal kita sudah dipusingkan dengan masalah EYD, pemilihan diksi, struktur kalimat, maka tidak akan ada satupun tulisan yang berhasil terselesaikan. 

Selain itu, tema juga menjadi masalah tersendiri bagi sebagian penulis. Terkadang kita bingung ingin menuliskan apa. Padahal banyak sekali ide yang dapat kita ambil untuk dijadikan tulisan. Sebagai contoh, apa yang kita alami, rasakan, lihat dan dengar dapat dijadikan sebagai bahan tulisan. Kita dapat berbagi keseharian kita dalam sebuah tulisan. Pada saat kita jalan-jalan, berkumpul bersama keluarga, atau sedang melakukan aktivitas harian lainnya.

 Jika kita berprofesi sebagai seorang pengajar, kita dapat berbagi pengalaman mengajar kita melalui tulisan. Momen spesial dengan siswa, cara-cara mengajar, duka duka sebagai seorang guru, dan sebagainya dapat kita tuangkan dalam sebuah tulisan.   Jika kita masih kesulitan mengungkapkan ide-ide kita dengan cara ini, cara termudah adalah membuat sebuah resume dari hasil pelatihan atau kegiatan yang kita ikuti. Dengan menuliskan resume pelatihan, kita tidak perlu lagi menentukan tema tulisan sebab tema sudah tersedia, tinggal materi yang dipaparkan oleh narasumber pelatihan dikembangkan dalam bentuk tulisan.

Berbicara tentang pelatihan, tentunya kita semua pasti pernah mengikuti kegiatan ini. Apalagi jika berprofesi sebagai seorang pengajar, baik guru maupun dosen, kegiatan Diklat, seminar, workshop dan lainnya sudah menjadi agenda rutin yang harus dilakukan. Adanya tuntutan untuk pengembangan dan mengupgrade diri serta kebutuhan pencapaian Kum (bagi dosen) dan angka kredit (bagi guru) menjadikan banyak pengajar seringkali mengikuti kegiatan jenis ini. Apalagi di masa Pandemi seperti sekarang ini, semakin mudah menemukan penyelenggara yang mengadakan diklat atau seminar secara online. Baik itu berbayar atau gratis.

Kemudahan mengikuti kegiatan tersebut karena semuanya dikemas secara online yang otomatis akan menghemat uang transport dan akomodasi yang lain, menjadikan banyak webinar atau diklat online diminati oleh peserta. Namun, ketika selesai kegiatan tersebut, biasanya kita hanya mendapatkan materi dalam bentuk powerpoint atau video, sertifikat dan kelengkapan pelatihan lainnya. Ada satu hal yang kita tinggalkan disini. Bahwa materi yang kita peroleh ternyata dapat didokumentasikan secara apik dalam bentuk buku.

Mengapa harus BUKU? Hal ini karena melalui buku tersebut tidak hanya bermanfaat untuk diri kita sendiri tetapi juga dapat dibagikan ilmunya kepada orang lain. Materi yang kita peroleh dari pelatihan tidak selamanya akan bertahan di ingatan kita. Oleh karena itu, media buku menjadi salah satu solusi agar materi yang diperoleh dapat dibaca-baca kembali jika kita inginkan.  Ada juga manfaat lain yang diperoleh ketika materi yang kita peroleh dari hasil pelatihan, kita ubah dalam bentuk buku, yaitu :

1. Materi dapat terdokumentasikan dengan rapi. Kapanpun kita ingin untuk mengingatnya, dapat kita baca kembali materi tersebut di buku kita.

 2. Menambah nilai PAK

Tentunya ini pasti yang diinginkan oleh banyak pengajar. Buku yang kita tuliskan diakui sebagai salah satu publikasi ilmiah yang nantinya akan memperoleh poin untuk kepentingan kenaikan pangkat

3.bermanfaat untuk orang lain

Materi pelatihan yang dibukukan dapat dibaca pula oleh orang lain non peserta pelatihan sehingga ilmu yang kita peroleh dapat bermanfaat pula untuk orang lain.

 4. Keuntungan material

Nah, ini adalah bonus jika kita menulis dan menerbitkan buku. ketika ada orang lain yang tertarik dengan buku kita tentunya mereka akan memesan buku tersebut. Keuntungan material pun akan kita dapatkan. Bonus sekali buat kita bukan??

Lalu bagaimana cara membukukan materi pelatihan?Langkah paling awal yang harus kita lakukan adalah membuat resume dari hasil pelatihan. Caranya ??? 

1.Dengarkan kembali paparan dari narasumber. 

Mungkin pelatihan tersebut didokumentasikan dalam bentuk video yang diupload di YouTube, voice note, text, dll,l.Dari situlah kita dapat mengingat dan mendengarkan kembali materi yang disampaikan oleh narasumber.

 2. Ambil poin - Poin penting dari materi yang disampaikan

3. Kembangkan poin-poin penting materi dalam bentuk tulisan dengan gaya bahasa kita sendiri

 4. Jika terpaksa mengcopy paste paparan dari narasumber, jangan lupa sertakan kutipan di dalamnya. Ini penting untuk mencegah terjadinya plagiarisme.

 5. Berikan intro atau kalimat pengantar sebelum masuk ke inti dari materi pelatihan.

6. Boleh juga diberikan referensi dari sumber lain di luar materi pelatihan yang kita ikuti. Namun, referensi tersebut haruslah memiliki tema yang sama dengan tema pelatihan yang kita buat resumenya.

7. Berikan kalimat penutup untuk setiap resume yang dibuat

8.sertakan daftar pustaka

9.tulis dengan EYD yang sesuai


Setelah resume kita buat, langkah berikutnya adalah mengumpulkan dan menggabungkan resume-resume tersebut menjadi satu buah buku. Kita dapat mengikuti pedoman penulisan buku dari langkah yang dipaparkan oleh bapak Akbar Zainuddin dalam bukunya UKTUB. Langkah tersebut yaitu *TOJTRP* . Apa itu?

1.Tema

Tentukan tema pelatihan yang materinya akan kita buat menjadi sebuah buku. Sebagai contoh kita pernah mengikuti Diklat tentang media pembelajaran jarak jauh, tema tersebut dapat dijadikan sebagai tema menulis buku hasil resume pelatihan

2. OUTLINE / daftar isi / TOC

Outline / daftar isi ini sangat berguna bagi seorang penulis. Hal ini karena adanya outline menjadikan penulis akan lebih terarah dalam tulisannya. Outline juga dijadikan sebagai panduan dalam menulis. Pembuatan outline dapat mengikuti pedoman 2 W + 1H yaitu why, what dan how. Tuliskan outline berdasarkan ketiga pertanyaan tadi. 

Sebagai contoh tema buku kita adalah media pembelajaran jarak jauh, maka outline dapat dituliskan sebagai berikut :

WHY menjawab mengapa media penting, Manfaat media, dan alasan penggunaan media

WHAT menjawab apa itu media, jenis media, karakteristik masing-masing media

HOW menjawab cara pembuatan media, penerapan media dalam PJJ, kelemahan dan kelebihan

Tentunya semua jawaban ini haruslah ada dalam materi pelatihan yang kita peroleh.

3. Setelah outline jadi, kumpulkan hasil resume yang telah kita buat sebelumnya. Susun berdasarkan outline yang kita buat. Jika terdapat outline yang ternyata tidak ada resumenya, kita dapat menambahkan referensi dari sumber lain di luar materi pelatihan yang kita buat resumenya.

4. revisi (editing) 

Lakukan editing pada bagian-bagian yang dianggap perlu diedit. Editing dapat berupa pembenaran struktur kalimat, tata bahasa, ejaan, tanda baca, dll. Kita dapat meminta bantuan teman lain untuk memberikan komentar terhadap buku kita mengenai isi, tata bahasa atau hal lainnya. Ini akan membantu kita dalam proses editing. Karena jika kita melakukan editing secara mandiri (selfediting) tentunya kita merasa bahwa karya kita sudah sempurna. Lain halnya jika orang lain yang membaca dan memberikan komentar. Pasti ada sesuatu yang perlu dibenahi

 5. Buat kelengkapan buku

Setelah semua proses selesai hingga tahap editing, buat kelengkapan buku meliputi halaman judul, kata pengantar, sinopsis, profil penulis, dan cover buku

6. Masukkan penerbit

Langkah terakhir adalah kirimkan naskah buku kita ke penerbit. Untuk pilihan penerbit, bebas sesuai minat masing-masing penulis. Boleh diterbitkan melalui penerbit indie maupun penerbit mayor. Keduanya ada plus minusnya.

Dalam menerbitkan buku hasil resume, jumlah minimal halaman buku yaitu 60-70 halaman. Namun, tiap penerbit pasti memiliki gaya selingkung masing-masing. Penulis tinggal menyesuaikan naskah bukunya dengan gaya selingkung dari penerbit yang dituju. 


Kegiatan menulis memang butuh kebiasaan. Salah satu caranya adalah terbiasa membuat resume hasil pelatihan. Dengan begitu, ketrampilan menulis kita akan makin terasah. Kita tidak hanya mudah menuliskan resume pelatihan tetapi juga akan makin terampil menulis dengan tema yang lain. Kita akan makin mudah mengembangkan ide menjadi tulisan yang akhirnya setiap tulisan yang kita hasilkan akan menghasilkan pula sebuah karya yaitu buku. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

FINALLY,,,DONE

Berawal dari bulan Maret yaitu semenjak pandemi dimulai, dimulai juga menimba ilmu secara online di grup belajar menulis yang diampu oleh om Jay, blogger ternama Nasional. Meskipun WFH dilakukan, kreatifitas dan inovasi harus tetap berjalan. Grup belajar menulis secara online menjadi pilihan. Banyak materi penulisan yang dipaparkan di grup belajar ini. Semuanya dikupas tuntas oleh para penulis ternama Indonesia. Sebut saja Akbar Zainuddin dan Munif Chatib. Siapa sih yang tidak mengenal beliau berdua. Buku karangan beliau menjadi best seller di beberapa toko buku besar. Beliau berdua hanyalah sedikit dari narasumber yang memberi paparan di pelatihan menulis online ini. Masih banyak narasumber yang hebat dan ternama yang bersedia memberikan ilmunya tentang dunia penulisan.  Menimba ilmu dari pakarnya langsung memang berbeda. Bahkan, seseorang yang belum pernah sekalipun menulis, setelah mengikuti pelatihan ini pasti akan terkena virus menulis dan mulai menulis. Awalnya pasti tidak la...

SECARIK PESAN OM JAY, MENULISLAH !!!

Menulis adalah seni merangkai kata menjadi sebuah kalimat, bagaimana membuat kalimat yang cantik sehingga dapat dilirik pembaca, dan bagaimana tulisan yang dihasilkan berhasil menggugah emosi pembaca. Tidak mudah memang.Menghasilkan suatu karya seni tulisan yang indah butuh banyak pengalaman dan jam terbang yang tinggi. Tetapi ini bukan hal yang tidak mungkin. Jika ada keinginan belajar, maka segalanya akan menjadi mungkin. Dari belajar menulis yang paling sederhana, cerita pribadi kita yang bisa kita tulis sebagai curahan hati, cerita apapun itu, entah itu penting atau tidak, tetap lah ditulis. Belajar dari banyak membaca karya orang lain. Ini penting untuk memperkaya diksi kita, mengenal gaya-gaya tulisan berbagai macam penulis, dan bisa juga sebagai latihan untuk memancing emosi kita. Selanjutnya belajar dari yang benar-benar pakar nya menulis. Ini harus ada penghubung yang bisa memfasilitasi kita untuk belajar dari para pakar menulis yang handal. Om Jay, founder komunitas sejuta ...

JURUS 4R : MENCATATKAN SEJARAH LEWAT TULISAN

Membaca buku sama halnya untuk berbicara dengan orang-orang bijak di masa lalu (Decrates) Setiap manusia ingin dikenang dan dikenal melalui sejarah. Itulah mengapa kita memerlukan sarana untuk mencatatkan diri kita dalam sejarah. Caranya yaitu dengan menerbitkan buku. Menerbitkan buku adalah cara kita untuk menorehkan segala perasaan dan pikiran kita akan sesuatu  ke dalam sebuah tulisan yang dibukukan. Permasalahan utamanya adalah tujuan akhir kita terletak pada menerbitkan buku atau membuat buku. Karena dua hal ini terlihat sama, namun berbeda esensinya.  Membuat buku dapat dilakukan oleh semua orang, tetapi tidak semua orang dapat menerbitkan buku. Memang, sekarang ini banyak cara untuk menerbitkan buku secara mandiri dan lebih mudah tentunya, namun untuk menerbitkan buku di penerbit besar yang berskala nasional, tidak semua orang dapat melakukannya. Hanya karya tulisan terbaiklah yang dapat dilirik oleh penerbit-penerbit besar berskala nasional. Namun, jangan ja...